Mohon tunggu...
Muhammad Adib Mawardi
Muhammad Adib Mawardi Mohon Tunggu... Lainnya - Sinau Urip. Nguripi Sinau.

Profesiku adalah apa yang dapat kukerjakan saat ini. 😊

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Berkunjung ke Poltak Center

15 Februari 2021   22:12 Diperbarui: 16 Februari 2021   05:48 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kompleks perkantoran Poltak Center di Gang Sapi (unsplash.com)

Besok pagi Dul Kaher berencana untuk mengunjungi kantor Pak Poltak. Sudah lama sekali sebenarnya ia berencana untuk mengunjungi sosok yang sangat sensasional itu. Lantaran keunikan karakternya itulah yang menjadikan Dul Kaher semakin kesengsem dan penasaran untuk segera bertemu dengannya.

Selain itu, siapa saja juga sudah tahu, hampir tidak ada orang yang meragukan keilmuan, sikap humoris dan humanis dari Pak Poltak. Diantara sifat inilah yang membuat Dul Kaher semakin mengaguminya.

Belum lagi, segudang pengetahuannya di bidang pertanian yang seringkali menjadi rujukan. Baik oleh para pakar maupun masyarakat awam. Memandang semua kelebihan yang melekat padanya itu, semakin membuncahlah perasaan Dul Kaher untuk lekas mengunjungi kantornya yang beralamat di Gang Sapi Jakarta itu.

Tak terperi rasa kebahagiaan yang terpancar dalam hatinya saat ia bertemu dengan sosok inspiratif ini nanti. Sebab secara tak langsung, melalui tulisan-tulisan Pak Poltak, Dul Kaher telah banyak belajar tentang cara mengajar tanpa mengajar. Menjadi guru tanpa harus berkesan menggurui.

Dul Kaher bergumam, mungkin saja makrifat ilmu yang dimiliki oleh Pak Poltak itu adalah berkat pemahamannya yang sudah sangat luas dan mendalam tentang sosiologi yang juga telah ia praktikkan dalam kesehariannya.

***
Awalnya, Dul Kaher sempat bimbang untuk bepergian jauh ke lokasi Pak Poltak itu. Lantaran latar belakangnya yang udik dan jarang bepergian, sehingga ia pun merasa khawatir jika nanti akan tersesat di tengah jalan. Untuk menyiasati hal itu, maka ia pun berencana untuk mengajak serta seorang kawannya yang bernama Mas Dab sebagai teman perjalanan.

Mas Dab yang merupakan seorang dosen di salah satu kampus di Semarang ini kebetulan juga punya hobi travelling. Ditambah, saat ini ia sedang liburan. Maka, sudah barang tentu dengan sepenuh hati ia akan menerima ajakannya, gumam Dul Kaher. 

Benarlah dugaan Dul Kaher. Ternyata Mas Dab juga bersikap sangat antusias mendapat ajakan dari Dul Kaher itu. Apalagi ia sempat bercerita bahwa tujuan perjalanannya itu adalah untuk berkunjung pada salah seorang akademisi, tambah menggelora lah hatinya untuk lekas memulai perjalanan menuju Markas Poltak Center yang berada di Jakarta itu.

***
Sesampainya di Poltak Center, keduanya dicegat oleh seorang security alias petugas keamanan yang tengah berjaga di posnya.

"Selamat pagi. Mohon maaf, ada yang bisa saya saya bantu?" sapa petugas keamanan itu dengan ramah namun tetap dengan nada tegas kepada mereka.

"Mohon maaf, saya ingin bertemu dengan Pak Poltak." jawab Dul Kaher.

"Apakah sebelumnya Bapak sudah membuat janji dengan beliau?" security itu menyelidik.

"Sudah."

"Sebentar. Sepertinya hari ini beliau sedang ada jadwal meeting dengan beberapa tamu. Kalau tidak salah, namanya Pak Dab. Dan seorang tamu lagi yang saya lupa namanya."

Dul Kaher sekonyong-konyong mengarahkan pandangannya ke wajah Mas Dab yang tengah berdiri di belakangnya.

"Apakah Pak Dab yang dimaksud itu dari Semarang?" tanggap Mas Dab meminta penjelasan dari bapak petugas keamanan.

"Sebentar, saya cek dulu di daftar tamu." jawab security itu sambil membuka tampilan aplikasi pada layar gawainya.

"Benar, dari Semarang. Apakah Bapak sendiri yang bernama Pak Dab?"

"Benar."

"Oh, saya mohon maaf, kalau begitu. Silakan masuk, Pak Dab. Pak Poltak  kebetulan juga sudah ada di dalam. Mari, saya antar." petugas keamanan itu mendadak menjadi semakin ramah.

Melihat percakapan antara Mas Dab dengan security itu membuat Dul Kaher semakin kelihatan tampak bengong dengan apa yang baru saja ia saksikan. Ia sama sekali tak menyangka bahwa temannya yang bernama Dab itu sudah membuat janji pertemuan terlebih dahulu dengan Pak Poltak. Ia mencium ada gelagat aneh dari sahabat karibnya itu.

Sementara Mas Dab sendiri yang melihat temannya itu masih dalam keadaan bengong, ia pun semakin bertambah cengengesan.

"Hihihi." tawanya tak terbendung lagi.

"Dab, kayaknya kamu ngerjai aku, ya?" Dul Kaher menyeledik temannya untuk mengusir rasa kesal bercampur penasaran.

"Hihihi. Ngerjai apa?" Mas Dab bertanya balik pada Dul Kaher dengan keadaan yang masih cengengesan seperti tak berdosa.

"Lha itu. Rupanya kamu sudah janjian dulu dengan Pak Poltak. "

"O, itu?! Sebenarnya, tempo hari sebelum kamu ngajak aku ke sini, aku sudah janjian dulu dengan Pak Poltak. Kebetulan, aku rencananya mau buat penelitian bersama beliau." jawab Dab sambil berusaha meredakan tawanya.

"Wah, hebat dong." Dul Kaher lekas hilang rasa jengkelnya kepada temannya yang satu itu begitu ia mendengar kata 'penelitian'.

"Her, Pak Poltak itu ibaratnya peneliti paket komplit. Bidang sosiologi, ia mumpuni. Bidang pertanian, ia menawan. Soal batako, beliau pun memukau. Komplit lah, pokoknya." Mas Dab mencoba mencairkan suasana.

"Terus kaitannya denganmu apa?" Dul Kaher masih penasaran. 

"Nah, kalau aku ini kan orangnya seneng neliti tentang hubungan luar negeri, khususnya di wilayah ASEAN. Setelah melihat kepiawaian Pak Poltak ini saya menjadi tertarik untuk mengaitkan keduanya, khususnya berkait peluang kerja sama di sektor pertanian."

"Wah, pasti bakal jadi penelitian yang menarik ini!"

"Ya. Menarik, sih, menarik. Tapi, ini masih serba kemungkinan. Sebab Pak Poltak sendiri belum tentu akan bersedia untuk diajak meneliti bersama, melihat padatnya jadwal penelitian beliau."

"O. Jadi begitu ya."

"Eh. Pak Dab dan Mas Kaher." pembicaraan keduanya mendadak terhenti akibat dikejutkan oleh suara seorang laki-laki yang menyapa mereka.

"Sudah lama sampai di sini?" tanya Pak Poltak sambil menyalami keduanya. (((Pertemuan ini berlangsung sebelum pandemi korona mewabah di negeri ini))).

"Baru seperempat jam-an." jawab Mas Dab.

"Pasti nggak capek kan?" Pak Poltak berusaha mencandai.

"Ah, tidak juga." sanggah Mas Dab dengan mimik muka seriusnya.

"Hehe. Baik, apa yang bisa saya bantu ini?"

"Ini lho, Pak Poltak. Saya ini kan punya konsep penelitian. Barangkali Pak Poltak nanti berminat." Mas Dab mulai menawarkan konsep penelitiannya kepada Pak Poltak. Ia menjelaskan secara panjang lebar mengenai rincian peta penelitian itu.

"Wah, tawaran yang menarik ini. Baiklah kalau soal konsep ini, biarlah nanti jubir saya saja yang akan menindaklanjuti. Soalnya di samping tugas pokoknya, ia juga biasa menyusun riset semacam ini. Terus terang, kalau saya sendiri saat ini masih belum bisa menangani penelitian seperti ini seorang diri. Sebab jadwal penelitian lain masih menumpuk. Kalau soal ide sih ada. Tapi waktu dan tenaganya itu yang nggak punya. Hehe."

"O, jadi begitu, ya. Baiklah. Jadi, ini nanti saya boleh menyusun konsep proposalnya dulu, baru kemudian akan saya tunjukkan ke Pak Poltak?"

"Sip. Atau juga bisa langsung ditujukan pada jubir saya. Setelah ini saya akan menunjukkan Mas Dab pada orangnya langsung."

"Wah, bisa juga itu. Terima kasih atas kesempatan ini." tampak aura kebahagiaan terpancar dari wajah Mas Dab. Ia sangat bergembira sebab merasa bahwa harapannya itu ibarat akan bertepuk dengan dua tangan.

Begitulah Mas Dab dan Pak Poltak menjalin kesepakatan di bidang penelitian bersama ini. Sementara itu, Dul Kaher yang awalnya ingin banyak-banyak bertanya dan mencari hikmah kehidupan dengan cara menimba ilmu dari Pak Poltak, entah kenapa secara tiba-tiba ia pun telah merasa puas dengan hanya menyimak percakapan antar keduanya yang begitu kental dengan nuansa akademis tersebut.

Ia merasa apa yang telah diperolehnya di Poltak Center itu sudah lebih dari cukup untuk menjawab gemuruh rasa penasaran dalam hatinya tentang sosok Poltak yang biasa bercanda di Kompasiana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun