"O. Jadi begitu ya."
"Eh. Pak Dab dan Mas Kaher." pembicaraan keduanya mendadak terhenti akibat dikejutkan oleh suara seorang laki-laki yang menyapa mereka.
"Sudah lama sampai di sini?" tanya Pak Poltak sambil menyalami keduanya. (((Pertemuan ini berlangsung sebelum pandemi korona mewabah di negeri ini))).
"Baru seperempat jam-an." jawab Mas Dab.
"Pasti nggak capek kan?" Pak Poltak berusaha mencandai.
"Ah, tidak juga." sanggah Mas Dab dengan mimik muka seriusnya.
"Hehe. Baik, apa yang bisa saya bantu ini?"
"Ini lho, Pak Poltak. Saya ini kan punya konsep penelitian. Barangkali Pak Poltak nanti berminat." Mas Dab mulai menawarkan konsep penelitiannya kepada Pak Poltak. Ia menjelaskan secara panjang lebar mengenai rincian peta penelitian itu.
"Wah, tawaran yang menarik ini. Baiklah kalau soal konsep ini, biarlah nanti jubir saya saja yang akan menindaklanjuti. Soalnya di samping tugas pokoknya, ia juga biasa menyusun riset semacam ini. Terus terang, kalau saya sendiri saat ini masih belum bisa menangani penelitian seperti ini seorang diri. Sebab jadwal penelitian lain masih menumpuk. Kalau soal ide sih ada. Tapi waktu dan tenaganya itu yang nggak punya. Hehe."
"O, jadi begitu, ya. Baiklah. Jadi, ini nanti saya boleh menyusun konsep proposalnya dulu, baru kemudian akan saya tunjukkan ke Pak Poltak?"
"Sip. Atau juga bisa langsung ditujukan pada jubir saya. Setelah ini saya akan menunjukkan Mas Dab pada orangnya langsung."