Mohon tunggu...
Muhammad Adib Mawardi
Muhammad Adib Mawardi Mohon Tunggu... Lainnya - Sinau Urip. Nguripi Sinau.

Profesiku adalah apa yang dapat kukerjakan saat ini. 😊

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Bab XIII: Siasat Cerdik Nabi Yusuf AS untuk Menahan Saudaranya

15 Desember 2020   15:17 Diperbarui: 15 Desember 2020   19:42 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kawan, berdasarkan kisah Nabi Yusuf dan saudara-saudaranya tadi, kiranya kita dapat mengambil beberapa hikmah yang dapat kita petik di dalamnya. 

Pertama, mengenai perjalanan roda nasib manusia. Yusuf yang pada masa kecilnya selalu dianiaya, disia-siakan, dicampakkan, bahkan dibuang oleh saudara-saudaranya sendiri ke dalam sebuah sumur yang berada di tengah hutan, telah menjelma menjadi sosok yang begitu mulia di atas mereka, beberapa tahun kemudian. 

Hal ini tidak lain adalah karena ketetapan Allah sendiri yang telah digariskan padanya, sehingga bagaimanapun saudara-saudaranya itu telah memperlakukannya, mengusiknya, bahkan menelantarkannya, keadaan itu takkan mampu mengubah sedikitpun nasib baik yang akan diterimanya. 

Kezaliman yang telah ditimpakan oleh saudara-saudara Yusuf itu justru menjelma menjadi penempa yang kian mematangkan dan mengilaukan sikapnya sebagai manusia berjiwa luhur yang memiliki segenap kesabaran dan rasa keadilan saat menghadapi pelbagai bentuk kezaliman dari lingkungannya. 

Kedua, kesediaan salah seorang putera Ya'qub untuk memedulikan nasib adiknya, yakni Bunyamin, dengan mencoba menggantikan perannya menjalani hukuman dan terus menetap di ibukota demi mengamati perkembangan nasib adiknya itu, merupakan bukti bahwa diantara putera Ya'qub ini telah ada yang memiliki kecenderungan untuk memperbaiki sikap mereka terdahulu, dengan cara bertanggungjawab atas amanah yang telah diberikan oleh bapaknya. 

Dia seakan tak sanggup jika harus menerima kekecewaan kembali dari bapaknya dengan menyuguhkan kabar bahwa adiknya itu telah menjadi tahanan di ibukota, tanpa ada pembelaan yang berarti darinya. 

Dengan demikian, kiranya kita dapat menyimpulkan, bahwa tidak ada upaya terbaik yang dapat kita lakukan untuk memperbaiki kepercayaan seseorang yang telah luntur sebelumnya akibat terkhianati, kecuali dengan memohon maaf yang tulus-tulusnya diiringi dengan komitmen untuk melestarikan amanah yang ia berikan kembali di masa depan. 

Demikianlah kiranya apa yang dapat kita petik dari kisah Nabi Yusuf kali ini. Bagaimanakah kira-kira reaksi Nabi Ya'qub setelah mendapat kabar mengenai kasus pidana yang menimpa puteranya ini? Insyaallah, akan penulis ceritakan pada tulisan berikutnya. (*)

Referensi: QS Yusuf 68-81

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun