Kawan, berdasarkan kisah Nabi Yusuf dan saudara-saudaranya tadi, kiranya kita dapat mengambil beberapa hikmah yang dapat kita petik di dalamnya.Â
Pertama, mengenai perjalanan roda nasib manusia. Yusuf yang pada masa kecilnya selalu dianiaya, disia-siakan, dicampakkan, bahkan dibuang oleh saudara-saudaranya sendiri ke dalam sebuah sumur yang berada di tengah hutan, telah menjelma menjadi sosok yang begitu mulia di atas mereka, beberapa tahun kemudian.Â
Hal ini tidak lain adalah karena ketetapan Allah sendiri yang telah digariskan padanya, sehingga bagaimanapun saudara-saudaranya itu telah memperlakukannya, mengusiknya, bahkan menelantarkannya, keadaan itu takkan mampu mengubah sedikitpun nasib baik yang akan diterimanya.Â
Kezaliman yang telah ditimpakan oleh saudara-saudara Yusuf itu justru menjelma menjadi penempa yang kian mematangkan dan mengilaukan sikapnya sebagai manusia berjiwa luhur yang memiliki segenap kesabaran dan rasa keadilan saat menghadapi pelbagai bentuk kezaliman dari lingkungannya.Â
Kedua, kesediaan salah seorang putera Ya'qub untuk memedulikan nasib adiknya, yakni Bunyamin, dengan mencoba menggantikan perannya menjalani hukuman dan terus menetap di ibukota demi mengamati perkembangan nasib adiknya itu, merupakan bukti bahwa diantara putera Ya'qub ini telah ada yang memiliki kecenderungan untuk memperbaiki sikap mereka terdahulu, dengan cara bertanggungjawab atas amanah yang telah diberikan oleh bapaknya.Â
Dia seakan tak sanggup jika harus menerima kekecewaan kembali dari bapaknya dengan menyuguhkan kabar bahwa adiknya itu telah menjadi tahanan di ibukota, tanpa ada pembelaan yang berarti darinya.Â
Dengan demikian, kiranya kita dapat menyimpulkan, bahwa tidak ada upaya terbaik yang dapat kita lakukan untuk memperbaiki kepercayaan seseorang yang telah luntur sebelumnya akibat terkhianati, kecuali dengan memohon maaf yang tulus-tulusnya diiringi dengan komitmen untuk melestarikan amanah yang ia berikan kembali di masa depan.Â
Demikianlah kiranya apa yang dapat kita petik dari kisah Nabi Yusuf kali ini. Bagaimanakah kira-kira reaksi Nabi Ya'qub setelah mendapat kabar mengenai kasus pidana yang menimpa puteranya ini? Insyaallah, akan penulis ceritakan pada tulisan berikutnya. (*)
Referensi: QS Yusuf 68-81