Sridhar bisa Ngeloyor hanya mengenakan baju dan dohti (sarung) ke warung kopi dengan menumpang becak atau motor listrik: ber-muwajaha dan silaturahmi dengan penduduk desa. "Saya sangat menikmati hidup di desa ini"ucap Sridhar (bbcdotcom)
***
Absennya ketenangan batin berarti permulaan keruyaman segala. Â Ia menentukan bagaimana hidup mau dijalani hari ini. Dan hari ini adalah pondasi bangunan rumah kehidupan kita kelak.
Sulit dibayangkan, ketika hidup yang adalah ketidakpastian, perubahan terus menerus, dihadapi dengan batin yang cemas.Â
Kalau ketenangan batin bisa melihat persoalan bukanlah soal; maka kecemasan melihat liang lahat dalam tiap persoalan.
Saya sendiri melihat ketenangan batin bukanlah keadaan yang datang menggantikan keadaan sebelumnya seperti munculnya semacam rasa lega, plong, damai spoi-spoi, sepi tanpa bising bebunyian dan keributan-keributan yang memekak pendengaran. Ini sekedar sensasi batin bukan ketenangan batin.
Sensasi sangat bergantung dengan pemicunya, berakahir pemicu, berakhir pula sensasinya.
Ketenangan seperti inilah yang dapat dibeli dengan uang .Â
Ketenangan semacam ini memang mutlak milik para sultan.
Bukan berarti ketenangan semacam ini kecil arti, tidak. Frank Mihalic, menulis daya positif ketenangan sensasi dan arti pentingnya bagi kelangsungan kita.
"Tanda "TENANG" di rumah sakit melindungi penyembuhan tubuh dan syaraf. "Tenang"! di dalam stasion radio menjaga lalu lintas suara yang rumit di angkasa yang tak terbatas. Di perpustakaan, "Tenang"! membisikan persatuan yang mendalam antara pikiran dengan pikiran, mekarnya perlahan-lahan pemikiran.