Dimulai dengan penenunan dan pemintalan, yang memerlukan akselerator atau pelumas pada mesinnya kemudian menggunakan senyawa kimia dalam proses produksinya, seperti cairan pemutih, surfaktan, pelembut, zat pewarna, serta bahan kimia lainnya.
Sekitar 18,6 juta ton tekstil dibuang ke tempat pembuangan sampah dan dibuang ke laut pada tahun 2020. Selain itu, konsumen rata-rata membuang 60% pakaian mereka hanya dalam satu tahun.Â
Sampah tekstil global akan mencapai 300 juta ton pada tahun 2050 jika tren ini terus berlanjuT. Menurut studi YouGov, 66% orang dewasa di Indonesia membuang setidaknya satu potong pakaian dan 25% membuang lebih dari sepuluh potong pakaian setiap tahunnya.
Pada tahun 2021, Indonesia menghasilkan 2,3 juta ton limbah tekstil, yang merupakan 12% dari limbah rumah tangga, menurut data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN KLHK).
Melonjaknya fast fashion pada gen z lalu orang-orang mulai memperhatikan dampak buruk untuk kedepannya maka muncullah kampanye "BUY LESS, CHOOSE WELL, MAKE IT LAST".Â
Kampanye ini diserukan oleh Vivienne westwood seorang designer dari Inggris sebagai pedoman untuk para gen z atau pun orang orang yang sangat suka berbelanja mengikuti trend.Â
Ada tiga poin yang diutamakan dalam kampanye Vivienne westwood yang pertama jangan implusif membeli barang baru, kedua beli pakaian dengan material ramah lingkungan, dan yang ketiga gunakan pakaian yang secara desain bagus dan kualitas terbaik maka orang-orang akan jarang membeli pakaian baru.Â
Kampanye "BUY LESS, CHOOSE WELL, MAKE IT LAST" salah satu upaya untuk menciptakan industri fashion yang lebih berkelanjutan dan bertanggung jawab.Â
Dengan mengurangi konsumsi pakaian, memilih pakaian dengan bijak, dan merawat pakaian agar tahan lama, dapat turut berkontribusi dalam menjaga lingkungan dan masyarakat.
Kurangnya pengetahuan konsumen gen z dan kesadaran akan dampak lingkungan dari limbah tekstil menjadi masalah besar.Â