Saya cuma ingin menjawab rasa penasaran saya tentang caranya bersikap saat menghadapi masalah yang bertubi-tubi, dan caranya bersikap kepada musuh bisnis yang luar biasa banyak.
***
Film Steve Jobs.
Ada film yang hampir sama. Produksi tahun 2013. Entahlah apa bedanya dengan versi itu. Saya bukan penggemar fanatik dia, jadi gak ada alasan untuk membaca dan menonton semua hal tentang dia.
Dan film ini bagi saya seolah menyajikan sisi lain kehidupan Steve. Bukan penggambaran serba perfeksionis seperti yang didapat saat membaca berita media massa. Tapi bagi saya, lebih menyajikan kehidupannya apa adanya.
Bagi saya, kisah-kisah semacam Steve Jobs jadi menarik saat kita tahu kepribadian mereka diluar penggambaran media. Orang seperti mereka biasanya sikapnya "aneh". Rumah yang kosong tanpa perabotan, atau menyendiri sambil melakukan hal yang bagi banyak orang adalah gak wajar untuk seusia orang dewasa.
Satu peraturan penting saat membaca berita di media masa adalah, utamakan sikap skeptis. Curigai mereka. Mereka memang gak bohong dengan berita mereka, tapi mereka biasanya gak mengatakan semua kebenaran. Dan sebenarnya itu gak salah. Salah kita adalah kita terlalu percaya kebenaran yang tidak utuh.
Bagi saya, dalam film Steve terlihat "menyebalkan" karena ide dan sikapnya. Hal-hal kecil yang dianggap tidak realistis oleh orang di sekitarnya.
Entahlah, bagaimana menjelaskan itu?
Hanya karena komputer yang tak bisa bilang "Halo" dan acara mau dibatalkan? Apa kata mereka yang tendensi bisnisnya kuat? Mungkin bagi mereka, ide Steve itu agak merugikan.
Saya kemudian berpikir, dengan sikap semacam itu apakah mungkin Steve benar-benar memiliki teman? Jangan-jangan orang disekitarnya membutuhkan dia bukan karena dia adalah Steve Jobs. Tapi lebih karena dia memiliki uang dan jabatan. Tapi entahlah.