Saya ingat dawuh KH. Ubaidillah Shodaqoh dalam Twitter beliau yang saya ikuti.
"Sahabatku bertanya, 'kapan kegaduhan C-19 bersama penunggang-penunggang dan buntutnya ini berakhir?' Aku hanya bisa jawab, berakhir bila pikiran kita tenang dan tidak gelisah, mengurangi bacaan dan pagelaran provokasi."
Dawuh Kiai Ubaidillah ini luas maknanya menurut yang saya pahami. Dalam arti, bukan hanya kegaduhan korona. Semua hal yang membikin kita gelisah dan resah dalam hidup, akan hilang saat kita sendiri bisa tenang dan tidak mudah terprovokasi oleh pikiran kita sendiri, atau oleh bacaan dan informasi yang ada di sekitar kita.
Cobalah untuk mengurangi melihat dan mendengar apa yang gak perlu. Atau apa yang gak semestinya. Atau informasi yang belum waktunya. Wawasan yang tidak pas untuk derajat dan martabat saat ini. Likulli haalin maqoolun. Gak semua nasihat bisa pas untuk setiap orang.
Cobalah untuk "meditasi". Setidaknya agar antara akal, pikiran, hati, jiwa, dan ucapan bisa lebih berjalan seimbang. Walaupun entahlah akal dan hati kadang merupakan dua hal yang menolak bersahabat.
Sekian curhatan saya pagi ini. Mohon sekali untuk dikoreksi.
Wallahu a'lam...
24 April 2020 M.
Semoga bermanfaat.
Bonus.. Musik pengantar meditasi dari podcast di aplikasi SoundCloud.
https://soundcloud.com/kalacakra-podcast/meditasi-menuju-hening
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H