Mohon tunggu...
Muhammad Khoirul Wafa
Muhammad Khoirul Wafa Mohon Tunggu... Penulis - Santri, Penulis lepas

Santri dari Ma'had Aly Lirboyo lulus 2020 M. Berusaha menulis untuk mengubah diri menjadi lebih baik. Instagram @Rogerwafaa Twitter @rogerwafaa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Catatan tentang Meditasi Menuju Hening di Tengah Banjir Informasi

24 April 2020   05:29 Diperbarui: 24 April 2020   14:13 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seperti sedang merasa emosi. Amarah. Kalut. Sedih. Bahagia.  Atau namanya adalah merasakan banyak sekali hal yang sampai tak tahu itu namanya apa.

Maka meditasi atau semacamnya, menenangkan diri mungkin bisa jadi solusi sederhana. Tapi entahlah... 

Kita mencoba membaca dengan seksama, dengan pandangan jernih. Apa yang sebenarnya sedang ada dalam diri kita. Dengan sebuah "kacamata" yang bersih. Agar tak terpengaruh pikiran negatif atau apapun. Akal sehat benar-benar harus tampil memisahkan itu sementara.

Memang, kadang orang butuh saat, untuk benar-benar diam dan memperhatikan setiap pikiran yang berjalan. Iya... Hanya memperhatikan. Melihat betapa sibuknya hati kita. Satu hal muncul dan satu hal tenggelam. Muncul lagi hal baru. Hilang lagi.

Mungkin itu sebuah kekhawatiran. Mungkin itu sebuah kebahagiaan. Mungkin itu rasa cemas. Mungkin itu sekedar keinginan akan suatu hal. Ada kesombongan. Ada keangkuhan. Atau ada rasa takut.

Perhatikan saja. Anggap itu sebuah bacaan dalam buku yang sedang dibaca. Yang coba kita pahami. Lalu kita saring dengan akal sehat yang jernih.

Melihat dengan kacamata yang benar-benar bening. Menilai. Saat sedang benar-benar jenuh, tantang diri sendiri. Apa sih? Kenapa sih? Maunya apa sih? Ingin apa? Rindu? Sedih? Atau bahagia? Ingin tertawa? Ingin menangis?

Ini saya sendiri, entahlah dengan orang lain. Saat benar-benar bisa membaca tulisan yang mulai kabur dalam pikiran, kadang akan menemukan sebuah motivasi yang sangat sederhana. Kadang jadi tahu, sebenarnya selama ini saya melakukan sesuatu untuk hal apa.

Kalau mau jujur. Dan motivasi tentang hal itu kadang sangatlah sederhana. Sesuatu alasan yang kadang gak logis. Dan jika saya mengatakannya akan dianggap bocah. Hanya anak kecil yang mau melakukan sesuatu karena itu.

Demikian sederhananya peribahasa gajah di pelupuk mata dan kuman di seberang lautan. Tapi maknanya luar biasa.

Manusia begitu terbuka matanya akan dunia, tapi tak mengenal dirinya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun