Mohon tunggu...
De Kalimana
De Kalimana Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kisah Perburuan hingga Eksekusi Gembong PKI, DN Aidit

30 September 2018   16:48 Diperbarui: 30 September 2018   23:02 9120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Mbah Roedito bersama istri dan cucu-cucunya|Dokumentasi pribadi

Kelihatannya pak Yasir menerima tugas dari Pangkostrad itu penuh optimisme.   Jawa Tengah bukan daerah asing bagi pak Yasir. Karena di masa lalu, ia pernah jadi komandan kompi dan batalyon Banteng Raider, pasukan pemukul milik Diponegoro.

 

Memburu Aidit.

Setelah kapal mendarat di pelabuhan Tanjung Emas Semarang.  Pasukan yang terdiri dari 3 batalyon itu kembali ke home basenya masing-masing.  Batalyon E (405) kembali ke markasnya di Semarang, Batalyon F (406) ke markasnya di Klaten, dan Batalyon G (407) ke Solo.

Saat kapal mendarat di palabuhan Tanjung Emas, pasukan disambut dengan pemeriksaan dari pasukan Polisi Militer.  Mereka melakukan pemeriksaan terhadap seluruh pasukan yang baru saja mendarat.  Berdasarkan data intelijen, prajurit yang terindikasi terlibat PKI langsung di tahan. Banyak para prajurit yang ditahan saat itu, salah satu diantaranya adalah Mayor Paijo, yang saat itu menjabat sebagai komandan Batalyon Brigif IV.

Sesampainya di Markas Brigif Solo, pak Yasir langsung merencanakan operasi pencarian terhadap gembong PKI, DN Aidit.  Keberadaan Ketua Central Committee PKI itu telah hilang dari pantauan aparat intelijen.

Pada suatu malam, seseorang datang menjumpai pak Yasir di kantornya.  Ia datang membawa oret-oretan dari Jendral Nasution.  Diketahui kemudian bahwa ia adalah pengawal pribadi DN. Aidit, namanya Sri Harto.   Ia menyampaikan informasi bahwa Aidit bersembunyi di daerah Purwosari, di perbatasan antara Jogja dan Solo.  Selain itu Aidit juga mempunyai tempat persembunyian di Sambeng Solo.  Berikutnya, Sri Harto beberapa kali datang menghadap pak Yasir di malam hari.

Ketika pada suatu malam pak Yasir merencanakan penangkapan terhadap Aidit di Purwosari, Sri Hasto menyarankan supaya rencana itu ditunda. Karena ia mengetahui Aidit punya rencana mau pindah ke tempat persembunyian yang lebih aman. Aidit mau pindah ke Sambeng, yaitu di sebuah rumah yang terletak di sebelah utara stasiun Balapan Solo. 

Sri Hasto menambahkan bahwa besok pagi sekitar jam 10 rencananya ia akan membonceng DN Aidit naik vespa Top Blanc menuju ke Sambeng. "Kalau mau lihat silakan tunggu di perempatan besok",  kata Sri Hasto kepada tim pak Yasir.  Dan benar, keesokan hari sekitar jam sebelas siang Sri Hasto terlihat naik vespa membonceng seseorang yang diidentifikasi sebagai Aidit melintas di perempatan yang dimaksud menuju ke daerah Sambeng.  Hingga akhirnya anggota tim mengetahui tempat persembunyian Aidit di sebuah rumah milik anggota Serikat Buruh Kereta Api di desa Sambeng.

Rencana pun disusun oleh pak Yasir.  Penangkapan Aidit akan dilaksanakan malam hari di Sambeng. Agar Aidit tidak curiga, maka Sri Hasto bergabung bersama gembong PKI itu. "Wah kalau gitu saya ikut di tangkap dong?", sergah Sri Hasto. "Ya udah yang penting saya jangan disakiti ya", pintanya.

Penangkapan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun