Mohon tunggu...
Asti Wedok
Asti Wedok Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ulama Yahudi Menggunakan Politisasi Agama untuk Melawan Yesus

28 Mei 2017   23:03 Diperbarui: 28 Mei 2017   23:14 1947
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Apabila Yesus dan para murid juga ingin memberontak, mengapa tidak sejak dulu ketika jumlah murid-murid itu mencapai sekitar lima ribu orang? Apabila Yesus ingin menjadi raja, bukankah dengan jumlah sebanyak itu bisa saja ia menggerakan mereka untuk memberontak? Mengapa itu tidak ia lakukan, malah ia menyuruh orang banyak itu agar pulang? (Mat. 14:22; Mrk. 6:45). Alasannya, Yesus sendiri telah kecewa dengan mereka, sebab yang dikejar oleh mereka adalah keuntungan duniawi (Yoh. 6:59). Sedangkan ajaran-ajaran yang beliau sampaikan tidak pernah mereka laksanakan.

Terhadap tuduhan bahwa ia melarang murid-muridnya membayar pajak kepada Kaisar, sebelum ini Yesus sendiri telah memberikan jawaban yang cemerlang. Jawaban ini bukan saja telah mematahkan muslihat orang-orang Farisi dan Herodian, bahkan lebih dari itu menunjukkan bahwa Yesus adalah seorang yang sedikit pun tidak berniat untuk menjadi raja duniawi. Ini dipertegas dengan sikap Yesus sendiri ketika orang banyak ingin menjadikannya sebagai raja duniawi mereka. Bila mereka hendak datang dan membawanya dengan paksa untuk menjadikannya raja, ternyata Yesus malah menolak, bahkan ia menyingkir ke gunung seorang diri (Yoh. 6:15). Alasannya, kerajaan yang beliau bawa bukan dari dunia ini tetapi kerajaan rohani alias Kerajaan ALLAH atau Kerajaan Sorga (Yoh. 18:36). Inilah salah satu sebab yang membuat mereka kecewa dan meninggalkan Yesus.

Dalam Injil Matius 22:15-22 (lih. juga Mrk. 12:13-17; Luk. 20:20-26) dikisahkan suatu perikopa tentang ”Membayar Pajak kepada Kaisar”. Orang-orang Farisi dan Herodian berusaha menjerat Yesus secara politis dengan mengajukan sebuah pertanyaan: Katakanlah kepada kami pendapatmu, apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak? Maksud mereka, apabila Yesus menjawab: ”Ya, bayarlah pajak!” tentu mereka akan mengatakan kepada orang-orang Yahudi bahwa Yesus bukanlah Juru Selamat yang mereka tunggu-tunggu. Buktinya, Yesus malah pro pemerintah Romawi yang menjajah mereka.

Sedangkan apabila Yesus menjawab: ”Tidak boleh!” tentu mereka tidak akan membayar pajak dengan alasan, Yesus sang Juru Selamat mereka, telah melarang mereka membayar pajak. Itu artinya, Yesus akan dianggap sebagai pemberontak dan orang-orang Farisi dan Herodian punya alasan untuk melaporkan Yesus kepada pemerintah Romawi. Namun apa jawab Yesus? Ia malah meminta mata uang kepada mereka dan menanyakan gambar dan tulisan siapa yang ada di atas koin tersebut.

Ketika dijawab bahwa itu adalah gambar dan tulisan Kaisar, Yesus berkata kepada mereka: ”Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada ALLAH apa yang wajib kamu berikan kepada ALLAH.” (Mat. 22:19-22). Mendengar itu heranlah mereka dan meninggalkan Yesus, lalu pergi. Jadi, upaya mereka untuk menjerat Yesus ternyata tidak berhasil. Jadi tuduhan yang mereka kemukakan di hadapan Pilatus adalah dusta belaka! Inilah yang menyebabkan Pilatus membebaskan Yesus dari tuduhan bahwa ia akan memberontak. Pilatus tidak mendapati kesalahan apa pun padanya. Ia paham, bahwa imam-imam Yahudi telah menyerahkan Yesus karena dengki (Mrk. 15:10).

P E N U T U P

Berbagai tuduhan para ulama Yahudi itu dengan mudah dapat dipatahkan oleh Yesus. Bahkan, Yesus terkadang mengembalikan pertanyaan-pertanyaan itu kepada mereka. Sayangnya, walaupun penjelasan Yesus tidak dapat mereka bantah bahkan sering membuat mereka terdiam seribu bahasa, tetap saja mereka mengulang-ulang fitnah itu. Didorong rasa benci, mereka juga dengan sangat berani menyelewengkan maksud perkataan-perkataan Yesus. Tidak puas dengan itu, mereka pun dengan lancang membuat tuduhan-tuduhan palsu yang tidak pernah dikatakan oleh Yesus sendiri untuk membangkitkan sentimen dan kemarahan, baik masyarakat maupun pemerintah. Kejadian ini yang sudah lebih 2000 tahun yang lalu, ternyata kembali sering terjadi pada perebutan kekuasaan politik di negara berkembang, dimana mayoritas bangsanya masih mendem/mabok agama.

[Diedit dari Sumber Tulisan Muhammad Jumaan, Pemerhati/Dosen Sejarah Agama-agama & Bahasa Ibrani]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun