Untuk memudahkan rencana mereka secara bertahap membuat tipu muslihat dan tuduhan palsu terhadap Yesus. Tuduhan ini bukan hanya bersifat keagamaan, tetapi mencakup pula tuduhan politis. Di antara tuduhan-tuduhan tersebut adalah:
Yesus Dituduh Kerasukan Setan dan Bersekutu Dengan Beelzebul
Orang-orang Yahudi menuduh Yesus sebagai orang yang kerasukan setan, ketika ia mengatakan bahwa “barang siapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut selama-lamanya” (Yoh. 8: 51-52). Alasan mereka, Abraham dan para nabi pun telah mati. Jadi, menurut mereka, dengan siapa Yesus ingin menyamakan dirinya? Bagaimana ucapannya itu dianggap tidak ngawur? Sebab, hanya orang yang kerasukan setan sajalah yang biasanya tidak ingat dirinya lagi.
Apalagi ketika Yesus juga mengatakan: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, aku telah ada.” Orang-orang Yahudi semakin yakin kalau Yesus memang sedang kerasukan setan. Maka kata orang-orang Yahudi itu kepadanya, “Umurmu belum lagi lima puluh tahun dan engkau telah melihat Abraham?” (Yoh. 8: 57-58). Karena jengkel mereka bermaksud merajam Yesus atas kelancangannya tersebut; tetapi ia menghilang dan meninggalkan Bait ALLAH (Yoh. 8: 59).
Yesus juga dituduh bersekutu dengan Beelzebul, yaitu nama iblis yang menjadi penghulu roh-roh jahat dan setan-setan. Ketika seorang buta dan bisu akibat kerasukan setan dibawa kepada Yesus, maka Yesus menyembuhkannya, sehingga orang itu bisa melihat dan berkata-kata lagi. Banyak orang takjub dan mengatakan bahwa Yesus itu agaknya Anak Daud. Tetapi ketika orang Farisi mendengarnya, mereka berkata: “Dengan Beelzebul, penghulu setan, ia mengusir setan.” (Mat. 12:22-24). Dengan mengatakan demikian, orang-orang Farisi ingin menuduh bahwa mukjizat Yesus tidak berasal dari ALLAH melainkan dari Beelzebul. Bagaimana mungkin orang yang berdosa, bersekutu dengan iblis/setan, bisa mendakwakan diri sebagai nabi dan membuat mukjizat?
Jawaban Yesus:
Ketika dituduh sebagai seorang yang kerasukan setan, Yesus berkata: “Dengan apakah Kuumpamakan angkatan ini? Mereka itu seumpama anak-anak yang duduk di pasar dan berseru kepada temannya: Kami meniup seruling bagimu, tetapi kamu tidak menari, kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak berkabung. Karena Yohanes datang, ia tidak makan dan tidak minum, dan mereka berkata: Ia kerasukan setan. Kemudian Anak Manusia datang, Ia makan dan minum, dan mereka berkata: Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa.” (Mat. 11:16-19).
Maksudnya, kelakuan orang-orang itu sama saja, tidak ada satu pun nabi yang dikirim ke tengah-tengah mereka yang tidak diperolok-olok. Mereka banyak membuat helah dan berdalih, dan sebenarnya mereka tidak mau mengikuti ajaran-ajaran para nabi. Alasannya beraneka ragam, ada yang mengatakan: “Aku telah membeli ladang dan aku harus pergi melihatnya; aku minta dimaafkan”. Yang lain berkata: “Aku telah membeli lima pasang lembu kebiri dan aku harus mencobanya; aku minta dimaafkan. Yang lain lagi berkata: “Aku baru kawin dan karena itu aku tidak dapat datang.” (Luk. 14:18-20). Sedangkan yang lainnya lagi berkata: “Izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan bapakku.” (Luk. 9:59).
Ketika orang-orang Farisi menuduh bahwa Yesus menyembuhkan orang yang sakit dengan bantuan Beelzebul, ia berkata kepada mereka: “Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa dan setiap kota atau rumah tangga yang terpecah-pecah tidak akan bertahan. Demikian juga kalau Iblis mengusir Iblis, ia pun terbagi-bagi dan melawan dirinya sendiri; bagaimanakah kerajaannya dapat bertahan?” (Mat. 12:25-26).
Yesus juga memberikan perumpamaan: “Jikalau suatu pohon kamu katakan baik, maka baik pula buahnya; jikalau suatu pohon kamu katakan tidak baik, maka tidak baik pula buahnya. Sebab dari buahnya pohon itu dikenal. Tidak mungkin pohon yang baik akan menghasilkan buah yang tidak baik, atau pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang baik. Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Hai kamu keturunan ular beludak, bagaimanakah kamu dapat mengucapkan hal-hal yang baik, sedangkan kamu sendiri jahat? Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati.” (Mat. 12:33-34 jo 7:17-20).
Ucapan Yesus ini dibenarkan oleh salah seorang yang pernah disembuhkannya dari kebutaan sejak lahirnya. Katanya: “Kita tahu, bahwa ALLAH tidak mendengarkan orang-orang berdosa, melainkan orang-orang yang saleh dan yang melakukan kehendak-Nya. Jikalau orang ini (Yesus) tidak datang dari ALLAH, ia tidak dapat berbuat apa-apa.” (Yoh. 9:31-33). Nikodemus, seorang ulama Farisi dan pemimpin Yahudi yang bersimpati terhadap Yesus juga mengatakan: “Rabi, kami tahu, bahwa Engkau datang sebagai guru yang diutus ALLAH; sebab tidak ada seorang pun yang dapat mengadakan tanda-tanda yang Engkau adakan itu, jika ALLAH tidak menyertainya.” (Yoh. 3:2). Senada dengan itu Yesus menegaskan, “Ajaran-Ku tidak berasal dari diri-Ku sendiri, tetapi dari Dia yang telah mengutus Aku.” (Yoh. 7:16; Yoh. 8:28-29).