Mohon tunggu...
Asti Wedok
Asti Wedok Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ulama Yahudi Menggunakan Politisasi Agama untuk Melawan Yesus

28 Mei 2017   23:03 Diperbarui: 28 Mei 2017   23:14 1947
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Untuk membantah tuduhan ini Yesus mengatakan, “Siapa ibu-Ku? Siapa saudara-saudara-Ku?” Lalu katanya sambil menunjuk ke arah murid-muridnya, “Ini ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku! Sebab siapa pun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di sorga, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku.” Jawaban ini Yesus berikan ketika ia masih mengajar orang banyak di rumah ibadat dan salah seorang memberitahukan kepadanya bahwa ibu dan saudara-saudaranya ada di luar hendak bertemu Yesus (Mat. 12:46-49; Mrk. 3:31-35; Luk. 8:19-21).

Melalui jawaban ini Yesus ingin menegaskan bahwa pada hakikatnya yang berhak disebut sebagai ibu, saudara laki-laki atau saudara perempuan adalah mereka yang secara rohani sama, yaitu melakukan kehendak Tuhan. Apabila disebut ibu, saudara laki-laki atau saudara perempuan hanya karena adanya hubungan kekerabatan jasmani belaka, itu tidak ada lebihnya. Oleh karena itu, salah besar apabila orang-orang Yahudi mengatakan bahwa Yesus itu anak Yusuf, karena itu hanya anggapan mereka saja (Luk. 3:23; Yoh. 6:42; Mat. 13:55-56). Secara genealogi Yesus bukanlah anak Yusuf, karena ia terlahir bukan karena hasil hubungan antara Yusuf dengan Maryam (Mat. 1:18, 25).

Oleh sebab itu, tuduhan bahwa Yesus adalah anak zinah atau keturunan pezinah tidak dapat dibuktikan, karena ia tidak memiliki garis keturunan laki-laki. Justru sebaliknya, ia terlahir melalui ketetapan Tuhan sebagai kabar gembira bagi Maryam, seorang wanita Yahudi yang saleh dan ahli ibadah (Luk. 1:26-38). Karena ibunya seorang yang saleh, Yesus memperoleh bimbingan dan pendidikan agama yang memadai sesuai hukum Taurat. Ketiga genap delapan hari, ia disunat sesuai hukum Taurat (Im. 12:3; Luk. 1:31). Setelah sempurna waktu pentahiran bagi anak sulung, ia dibawa ke Yerusalem untuk dikuduskan bagi Tuhan (Im. 12:6-8). Yesus juga membayar bea untuk Bait ALLAH (Mat. 17:25) sesuai hukum Musa (Kel. 30:13, 38:26).

Yesus Dituduh Sering Melanggar Hukum Taurat

Tuduhan yang pertama adalah bahwa Yesus tidak menghormati hari Sabat, yaitu ketika murid-murid Yesus melintasi ladang gandum, mereka memetik bulir gandum dan memakannya pada hari Sabat (Mat. 12:1-8). Yesus juga berkali-kali menyembuhkan orang sakit pada hari Sabat (Mat. 12:9-13; Mrk. 3:1-6; Luk. 6:6-11). Padahal, menurut orang-orang Farisi, hari Sabat adalah hari yang kudus. Pada hari itu tidak boleh melakukan suatu pekerjaan apa pun. Mereka yang melanggar hukumannya adalah mati (Kel. 35:1-3). Oleh sebab itu mereka mengatakan, ”Orang ini tidak datang dari ALLAH, sebab Ia tidak memelihara hari Sabat.” (Yoh. 9:16). Bagaimana mungkin Yesus mendakwakan diri menjadi nabi sedangkan ia tidak memelihara hari Sabat?

Jawaban Yesus:

Berkenaan dengan Sabat, Yesus mengatakan bahwa Daud pun pernah melakukan hal serupa, yaitu melanggar kekudusan hari Sabat. Ketika ia dan yang mengikutinya merasa lapar, ia masuk ke dalam Rumah ALLAH dan mereka makan roti sajian yang tidak boleh dimakan, baik olehnya maupun oleh yang mengikutinya, kecuali oleh imam-imam (Mat. 12:3-4 jo 1Sam. 21:1-6). Begitu juga imam-imam melanggar kekudusan hari Sabat dengan mempersembahkan korban bakaran di dalam Bait ALLAH (Mat. 12:5 jo Bil. 28:9-10).

Apabila murid-murid Yesus dipersalahkan karena hal memetik bulir gandum pada hari Sabat, mengapa Daud beserta para pengikutnya dan imam-imam tersebut tidak dipersalahkan? Padahal, murid-murid memetik gandum dengan tangan adalah sesuai dan diperbolehkan menurut hukum Taurat, meskipun ladang gandum itu bukan milik mereka (Ul. 23:25). Lagi pula bukan Yesus yang melakukan itu. Mengapa ia yang dipersalahkan?

Bahkan orang-orang Farisi sendiri kadang-kadang menyunat anak yang berusia delapan hari pada hari Sabat demi melaksanakan hukum Taurat (Yoh. 7:22 jo Ul. 7:10; Im. 12:3). Apabila ada anak yang lahir pada hari Sabtu, maka hari ketika ia disunat sesuai hukum Musa adalah pada hari Sabtu berikutnya (Sabat). Padahal mereka tahu, pada hari Sabat mereka tidak boleh bekerja. Kalau mereka beralasan, itu untuk menyelamatkan anak tersebut. Maka Yesus juga melakukan itu untuk menyelamatkan orang-orang yang sakit: ”Jikalau seorang menerima sunat pada hari Sabat, supaya jangan melanggar hukum Musa, mengapa kamu marah kepada-Ku, karena Aku menyembuhkan tubuh seorang manusia pada hari Sabat.” (Yoh. 7:23). Jadi untuk melaksanakan hukum Taurat yang satu, mereka juga terkadang menentang hukum Taurat yang lain!

Yesus juga mengecam sikap munafik orang-orang Farisi berkenaan dengan hukum Sabat. Beberapa sikap munafik itu di antaranya, ia katakan: ”Bukankah setiap orang di antaramu melepaskan lembunya atau keledainya pada hari Sabat dari kandangnya dan membawanya ke tempat minuman?” (Luk. 13:15). Ia juga berkata, ”Jika seorang di antara kamu mempunyai seekor domba dan domba itu terjatuh ke dalam lobang pada hari Sabat, tidakkah ia akan menangkapnya dan mengeluarkannya? Bukankah manusia lebih berharga dari pada domba? Karena itu boleh berbuat baik pada hari Sabat.” (Mat. 12:11-12). Yesus menambahkan, bagaimana mungkin apabila ada orang yang berniat membunuh mereka pada hari Sabat, mereka tidak akan melarikan diri? (Mat. 24:20).

Yesus juga balik bertanya kepada mereka, ”Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat? Menyelamatkan nyawa orang atau membinasakannya?” (Luk. 6:9). Ketika datang seorang yang sakit busung air, ia bertanya kepada ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, ”Diperbolehkankah menyembuhkan orang pada hari Sabat atau tidak?” (Luk. 14:3). Tetapi mereka semua diam dan tidak sanggup membantahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun