Menurut Yesus, karena ”Bapaku bekerja sampai sekarang, maka aku pun bekerja juga” (Yoh. 5:17). Adalah tidak benar apabila Tuhan pada hari Sabat tidak melakukan apa-apa. Apalagi, ”Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat.” (Mrk. 2:27). Artinya, tujuan utama dibuat hukum Sabat oleh Tuhan adalah untuk kepentingan dan kemudahan manusia, bukannya untuk kepentingan Tuhan, dan juga bukan untuk mempersulit apalagi mencelakakan manusia.
Yesus Dituduh Mengaku Sebagai “Anak ALLAH” dan “ALLAH” Hakiki
Tuduhan yang lain adalah tuduhan yang sangat berat terhadap Yesus. Menurut orang-orang Yahudi, Yesus telah berkali-kali menyatakan dirinya sebagai Anak ALLAH bahkan menyamakan dengan ALLAH. Itu artinya ia sudah menghujat ALLAH (Luk. 22:70; Yoh. 10:30). Oleh karena itu hukuman yang sesuai menurut hukum Taurat adalah dirajam sampai mati (Im. 24:16). Bagaimana mungkin seorang yang terbukti berkali-kali menghujat ALLAH itu seorang nabi?
Jawaban Yesus:
Ketika Yesus menanyakan atas perbuatan yang manakah sehingga orang-orang Yahudi mau melemparinya dengan batu? Mereka menjawab: ”Bukan karena suatu perbuatan baik maka kami mau melempari engkau, melainkan karena engkau menghujat ALLAH dan karena engkau, sekalipun manusia saja, menyamakan dirimu dengan ALLAH” (Yoh. 10:33). Namun, apa jawab Yesus? Ia berkata: ”Tidakkah ada tertulis dalam kitab Taurat kamu: Aku telah berfirman: Kamu adalah ALLAH? Jikalau mereka kepada siapa firman itu disampaikan, disebut ALLAH –sedang Kitab Suci tidak dapat dibatalkan–, masihkah kamu berkata kepada dia yang dikuduskan oleh Bapa dan yang telah diutus-Nya ke dalam dunia: Engkau menghujat ALLAH! Karena aku telah berkata: Aku Anak ALLAH?” (Yoh. 10:34-36).
Jadi, Yesus beralasan, kalau kepada nabi-nabi yang lain bisa disebut sebagai ALLAH (Mzm. 82:6), mengapa ia tidak boleh menyebut dirinya ”anak ALLAH”? Para penentang Yesus pun menyebut Tuhan adalah Bapanya: ”Bapa kami adalah satu, yaitu ALLAH.” (Yoh. 8:41). Terhadap nabi Musa, bahkan Tuhan sendiri mengatakan bahwa ia adalah ”ALLAH” (Kel. 7:1). Mengapa mereka sendiri tidak mau dihukum rajam? Mengapa mereka tidak mengatakan bahwa Musa juga patut dihukum rajam? Dengan demikian, Yesus mengemukakan kepada mereka, bahwa kedudukannya lebih rendah dari pada Musa. Sebab ia hanya menggenapi hukum Taurat (Mat. 5:17). Bukankah kedudukan ”Anak” (Anak ALLAH) lebih rendah dari pada kedudukan ”Bapa” (ALLAH) sendiri?
Yesus Dituduh Menyesatkan Masyarakat dan Mau Memberontak
Para ulama Yahudi membawa Yesus ke hadapan Pilatus. Di situ mereka mulai menuduhnya, kata mereka: “Telah kedapatan oleh kami, bahwa orang ini menyesatkan bangsa kami, dan melarang membayar pajak kepada Kaisar, dan tentang dirinya ia mengatakan, bahwa ia adalah Kristus, Raja.” (Luk. 23:2). Penyesatan yang Yesus lakukan itu menurut mereka di antaranya seperti tuduhan-tuduhan di atas. Orang-orang Yahudi juga memfitnah bahwa Yesus ingin menjadi raja Yahudi. Mereka katakan, Yesus telah melarang membayar pajak kepada Kaisar dan ingin memberontak. Bagaimana mungkin orang yang menyesatkan bangsanya bisa mendakwakan diri sebagai nabi?
Jawaban Yesus:
Meskipun Yesus membenarkan bahwa ia seorang raja, tetapi ia menyatakan bahwa hanyalah seorang raja dari sebuah kerajaan rohani. ”Kerajaanku bukan dari dunia ini; jika kerajaanku dari dunia ini, pasti hamba-hambaku telah melawan, supaya aku jangan diserahkan kepada orang Yahudi, tetapi kerajaanku bukan dari sini” (Yoh. 18:36). Penjelasan ini dari satu sisi menyebabkan Pilatus membebaskan Yesus, sedangkan pada pihak lain membuat orang-orang Yahudi sangat kecewa.
Ketika Yesus akan ditangkap oleh para pengawal Imam Besar, ia mengatakan kepada mereka: ”Sangkamu Aku ini penyamun, maka kamu datang lengkap dengan pedang dan pentung untuk menangkap Aku? Padahal tiap-tiap hari Aku duduk mengajar di Bait ALLAH, dan kamu tidak menangkap Aku.” (Mat. 26:55). Artinya, kalau ajaran Yesus itu menyesatkan banyak orang, mengapa justru orang banyak berbondong-bondong mengikutinya untuk mendengarkan ajaran-ajarannya? Setiap kali Yesus mengajar, Bait ALLAH selalu penuh sesak. Kenapa tidak waktu itu saja mereka menangkapnya?