Tak heran pula jika masih banyak kasus korupsi yang terjadi di Indonesia. Bahkan agaknya korusi tidak lagi dianggap sebagai extraordinary Crime, melainkan korupsi mulai dianggap seni bagi mereka yang menjalankannya.
Ketiga bagi bangsa asia, pendidikan itu identik dengan hafalan berbasis kunci jawaban dan bukan pada pengertian. Mulai dari ujian nasional hingga ujian masuk perguruan tinggi, peserta didik diharuskan berfikir secara konvergen alih-alih diarahkan untuk berpikir divergen.
Oleh karena berbasis hafalan, secara tidak langsung murid di didik menjadi " jack of all trades, but master of none"Â (tahu sedikit tentang banyak hal tapi tidak menguasai apapun.
Para sarjana maupun mahasiswa diharuskan untuk menghafal berbagai macam rumus ketimbang diarahkan untuk memahami kapan dan bagaimana rumus itu diterapkan.
Prof. Ng Aik Kwang juga menawarkan solusi atas permasalahan-permasalahan tersebut.
Menghargai proses, hasil memang penting, tapi proses yang dilalui untuk mencapai hasil itu yang harus lebih diapresiasi.
Menghentikan pendidikan berbasis kunci jawaban, ini membuat murid tidak nkreatif dan cenderung terpaku pada satu jawaban yang benar. Sehingga murid tidak bisa mengembangkan konstruksi pengetahuan yang telah dibangunnya.
Mendorong untuk lebih menghargai passion, membiarkan murid memilih bidang yang sesuai bakat dan minatnya lebih baik daripada mengarahkan peserta didik untuk bekerja pada lembaga atau perusahaan besar.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa kampus atau universitas tak ubahnya pabrik yang memasok tenaga kerja 'kerah putih' ke perusahaan-perusahaan besar.
Pendidikan itu bukan sedang mengisi ember,
Tetapi pendidikan itu menyalakan api