Mohon tunggu...
Ashabul Kahfi
Ashabul Kahfi Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Psikologi Pendidikan, Paradigma dan Entitas Problematika Remaja

29 Agustus 2018   14:36 Diperbarui: 29 Agustus 2018   15:21 1189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Saya pribadi lebih setuju jika model pendidikan bisa berkiblat pada teori konstruktivistik. Karena akan lebih mudah bagi siswa untuk mengembangkan potensi, bakat, maupun minatnya.

Karena konstruksi artinya membangun pengetahuan yang didapatkan dari hasil pengalaman-pengalaman yang telah melalui proses asimilasi dan juga akomodasi, sehingga membentuk suatu konsep pengetahuan baru.

Tidak ada salahnya jika kita mulai berpindah haluan menuju paradigma konstrukstivistik. Karena jika melihat analisa erik erikson diatas, perilaku maladaptive remaja disebabkan karena kegagalan dalam mengembangkan potensi yang dimiliki dalam lingkungan tempat ia berada.

Kita juga tidak bisa mengabaikan bahwa lingkungan keluarga berperan besar sebagai faktor utama dalam proses pembentukan karakter siswa.

Namun melihat data dan fakta bahwa tingkat kenakalan remaja semakin meningkat dari waktu ke waktu, menimbulkan persepsi tersendiri bahwa treatment-treatment kedisiplinan yang sudah ditanamkan sejak kecil di sekolah seolah tidak berdampak sama sekali pada perilaku siswa ketika ia berada diluar lingkungan sekolah.

Terakhir, saya pernah membaca uraian singkat dari buku  Why Asians Are Less Creative Than Westerners karangan prof. Ng Aik Kwang yang mengulas beberapa hal tentang mengapa bangsa asia tidak lebih kreatif dari bangsa barat.

pertama bagi kebanyakan bangsa asia, ukuran sukses bisa diukur dari seberapa banyak materi yang dimiliki. Sehingga passion kurang mendapat reward dalam pekerjaan.

Tak heran jika bidang kreatifitas kalah popular dengan profesi seperti dokter, pengacara, hakim dan sejenisnya yang dirasa bisa menjadikan status social seseorang naik lebih cepat disbanding mereka yang lebih menghargai Passion dalam bekerja.

Kedua bagi kebanyakan bangsa asia, jumlah kekayaan yang dimiliki lebih dihargai ketimbang proses untuk mendapatkan kekayaan tersebut.

Sebagai contoh,seringkali guru mengatakan pada muridnya untuk mengerjakan tugas sebisanya, sesuai kemampuannya daripada mencontek.

Tapi bagaimanapun juga, guru akan tetap mengapresiasi murid yang mendapat nilai 10 daripada murid yang mendapat nilai 5. Entah nilai 10 itu didapatkan dari hasil mencontek ataupun bukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun