Ya! Budaya ngeteh atau segala pernak-pernik tradisi minum teh yang saya maksudkan di sini tentu saja tidak hanya sekadar merujuk pada ritus minum teh-nya semata, tapi juga mencakup tahapan pemilihan bahan baku teh terbaik, tahapan pengolahannya, sampai seduhan teh terbaik ini hadir di meja, siap untuk disesap kehangatan dan juga aromanya yang menenangkan sekaligus menyegarkan.
Balada Ngeteh ala Urang Banjar
Memang budaya minum teh masyarakat nusantara, mungkin belum setenar budaya minum tehnya masyarakat Jepang atau Tiongkok yang literasi dan bahkan promosinya sebagai bagian dari daya tarik wisata sudah dikemas dengan baik hingga mendunia, tapi jangan salah ya!Â
Jika mengacu pada kekayaan tradisi dan budaya kuliner berbagai suku-suku bangsa se-nusantara yang begitu besar, saya yakin besarnya keragaman pada ciri unik dan ciri khasnya tradisi ngeteh atau pernak-pernik seputar tradisi minum teh masyarakat Indonesia bukan sekedar isapan jempol semata! Terbukti, bahkan banyak daerah yang bukan penghasil teh, tapi mempunyai produk teh daerah hingga mempunyai tradisi ngeteh yang juga autentik.
Mungkin karena minimmya literasi dan juga dokumentasi yang baik saja, hingga potensi keragaman dan kekayaan budaya ngeteh kita yang autentik masih belum terdeteksi, apalagi muncul ke permukaan sebagai destinasi pariwisata budaya dan kuliner. Salah satunya seperti yang tersurat dalam kalimat berbahasa Banjar pada pembuka artikel diatas. "Minumnya apa pian, teh es, teh dingin atau teh panas?"
Pertama kali mendengar kalimat di atas, lebih dari dua dekade silam saat pertama kali menginjakkan kaki di Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan bungas! dan marasai (mencoba; bahasa Banjar) makan di warung Banjar. Tentu saja, saya sempat keheranan juga mendengarnya. Saya yang di kampung terbiasa dengan sebutan es teh, kenapa di sini jadi teh es? Terus ada juga disebut teh dingin, teh seperti apa pula itu? Apa bedanya teh dingin dengan es teh, eh teh es yang pastinya juga dingin, kan ada es batunya?Â
Satu lagi, teh panas! Ini yang tidak kalah membuat saya terkaget-kaget! Soalnya saat itu setting waktunya pada ba'da Dhuhur alias saat siang bolong lho dan cuaca Banjarmasin juga sedang panas-panasnya! Kok ditawari teh panas?
Teh Es, Teh Manis yang Ditambahkan Es Batu sebagai Pendingin sekaligus Penyegar. Di Daerahmu apa sebutannya, Teh Es atau Es Teh? | @kaekaha
Saat itu, tentu saja langsung muncul banyak pertanyaan dalam benak saya! Tapi sejurus kemudian saya tersadar, inilah nusantara, Indonesia kita kawan! Inilah salah satu bukti keragaman tradisi dan budaya ala nusantara yang memang bukan isapan jempol semata, tapi aktual dan faktual! Persis seperti makna yang terkandung dalam sesanti desa mawa cara atau lain ladang lain belalang, lain lubuk lain pula ikannya! Â
Meskipun begitu, bukan berarti rasa penasaran saya pada ketiga jenis teh ala Urang Banjar ini hilang ditelan waktu. Justeru sebaliknya, semakin membuat rasa penasaran saya pada pernak-pernik budaya Banjar terus memuncak. Apalagi dengan beragam tradisi dan budaya kulinernya yang terus menggoda!