Tapi kenapa Bang Taufik sama Kak Rina jalannya lelet banget ya! Atau... jangan-jangan motornya mogok, maklum motor tua!? Sudah ditunggu-tunggu dari tadi, belum juga kelihatan batang hidungnya!?
Karena nggak tahan lagi dengan godaan aroma kuah soto yang menguar dari kuali tanah di atas tungku yang terlihat mengepulkan asap tipis, kami langsung memesan dua porsi dulu plus dua gelas teh panas sekaligus dan langsung saja menyantapnya ketika hidangan sampai di meja kami tanpa menunggu Bang Taufik dan Kak Rina lagi.
Sambil menyeruput kuah Soto berbahan santan dengan isi jeroan sapi itu, aku dan Ce Netty kembali ngobrol ngalor-ngidul sambil terus celingukan ke arah jalanan, kalau-kalau Bang Taufik dan Kak Rina bablas terlewat jalan.
"Bintang, apa sih motivasi terbesarmu main musik!?" Sambil terus menikmati soto yang sedapnya ngangeni itu, tiba-tiba Ce Netty memberiku pertanyaan menyelidiknya!
"Awalnya sih hobi, tapi selanjutnya lebih ke pelampiasan sih ce! Biar nggak stres!" Datar saja aku memulai cerita, sambil menyeruput kuah soto yang gurih-gurih sedapnya mengingatkanku pada soto Betawi yang dimasak Bang Ihsan di hari Minggu pertama yang lalu.
"Sebenarnya, di awal kuliah dulu, aku nggak di ekonomi Ce, tapi di Kedokteran, sama seperti Mbak Nina". Aku melanjutkan ceritaku.
"Haaaah serius Tang!?"Â Tiba-tiba dari arah belakang kami terdengar suara Kak Rina dan Bang Taufik ikutan nimbrung.
"Eh, ini ngagetin aja! Dari tadi ditungguin nggak nongol-nongol!?"Â Kata Ce Netty ke Kak Rina sama Bang Taufik, sambil menarik tangan keduanya untuk duduk di sebelah kami.
"Nggak ngganggu orang pacaran kan?" Sela Bang Taufik, sambil nyengir kuda.
"Lanjutin Tang! Jangan dengerin gosip. Eh Kok bisa gitu, dari FKU bisa nyasar ke FE!?" Tanya Ce Netty serius dan penasaran.
"Sejak kecil aku memang bercita-cita menjadi dokter Ce dan Alhamdulillahnya kesampaian! Aku tembus Kedokteran lewat  PMDK".Â