Mohon tunggu...
Kartika E.H.
Kartika E.H. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

... penikmat budaya nusantara, buku cerita, kopi nashittel (panas pahit kentel) serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Kkn Pilihan

Romansa si Tambeng dan Babi-Babi Belajar di Ketinggian Kabuaran

24 Mei 2024   16:16 Diperbarui: 24 Mei 2024   16:35 739
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu keunikan Kabuaran yang jarang dimiliki tempat lain adalah banyaknya sumber mata air yang tersebar di sembarang tempat dan dimanfaatkan warga untuk berbagai kebutuhan.

Upsss! Ini juga yang awalnya membuat kami terkaget-kaget dan kegelian sendiri, ketika nggak sengaja sering terlihat orang mandi di balik rumpun bambu atau di balik pepohonan, bahkan di balik bebatuan raksasa di berbagai titik saluran air yang mengalirkan air begitu jernih, dingin dan segar.

Memang, masih menjadi tradisi banyak warga masyarakat di Kabuaran yang memanfaatkan kesegaran dan kebersihan air yang serasa keluar dari kulkas ini langsung dari sumber mata airnya. "Lebih fresh" katanya, he...he...he...!

Awalnya sih kami risih juga dengan cara mandi di sumber air apalagi di sungai terbuka yang jika pagi dan sore lebih mirip pemandian umum itu, tapi setelah menemukan tips dan triknya, kami semua justeru ketagihan dengan sensasinya...he...he...he...

Satu lagi! Kalau pagi hari atau sorenya cerah tanpa kabut, puncak gunung piramid, bagian dari Gunung Argopuro di Bondowoso yang juga dikenal sebagai punggung naga itu akan terlihat jelas eksotisnya dari teras posko.

Pemandangan romantisnya nggak bakalan habis meskipun setiap pagi dan sore dinikmati terus sambil nyeruput teh hangat atau kopi nashitel, juga pisang goreng kesukaanku. Apalagi ditemani sama wajah-wajah segar Cece dan kakak-kakak yang sebelas-dua belas saja sama bidadari. Duh... speechless dah si bungsu!

Tapi sedihnya, kami lebih speechless lagi ketika harus bersosialisasi dengan masyarakat sekitar dan sayangnya, baru saja kami menyadari hal krusial ini ketika Haji Hasan, pemilik rumah untuk posko menyapa kami untuk pertama kalinya, "dherremma kabarra?"

Kami lupa! Tidak satupun diantara kami yang bisa, apalagi fasih berbahasa Madura, bahasa ibu masyarakat Kabuaran. Memang, secara umum kita masih bisa berkomunikasi dengan bahasa Indonesia bahkan bahasa isyarat, tapi faktanya seringkali terjadi mis komunikasi.

Kami khawatir situasi ini akan menimbulkan kesalahpahaman dan menjadikan niatan kami untuk selalu berusaha menjujung langit Kabuaran, ketika memijak buminya menjadi kacau balau.

Terbukti! Gara-gara masalah bahasa ini, belum apa-apa Kak Nina yang wajahnya mirip artis Vonny Cornelia itu sudah "ketiban sampur", mendapatkan tanda cinta dari penggemar rahasianya yang tiba-tiba datang melamar dengan membawa mas kawin beberapa ekor sapi jenis Brahman, hanya beberapa hari setelah kami tinggal di posko.

Deg! Kami bersepuluh, terutama saya, serasa meriang tiba-tiba, ketika mendapati situasi ini. Terlebih ketika Kak Nina yang awalnya cengar-cengir mempunyai penggemar rahasia, akhirnya merasa ketakutan juga mendapatkan "apresiasi" mendadak begini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kkn Selengkapnya
Lihat Kkn Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun