Mohon tunggu...
Kartika E.H.
Kartika E.H. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

... penikmat budaya nusantara, buku cerita, kopi nashittel (panas pahit kentel) serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Elegi Yu Gembrot dan Mimpi-mimpi Para Marjinal Menantikan "Tuah" Ekonomi Inklusif `

31 Juli 2022   00:02 Diperbarui: 31 Juli 2022   00:05 509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN

Suatu hari di awal tahun, Yu Gembrot mendapatkan info dari salah satu langganannya perihal even W20, side event G20 yang memiliki fokus pada isu gender dan peran perempuan dalam sektor ekonomi yang salah satu agendanya akan diselenggarakan di Banjarmasin.

Kata si-ibu, kebetulan pada even itu  juga akan dilaksanakan pameran UMKM. Siapa tahu Nasi Pecel Yu Gembrot meskipun belum dikenal, tapi citarasa juaranya bisa membawanya melenggang ke pameran yang pastinya akan dihadiri oleh tokoh-tokoh perempuan dari berbagai negara di dunia tersebut.

Singkat cerita, setelah melalui beberapa seleksi, yu Gembrot memang gagal memamerkan citarasa juara nasi pecel olahannya kepada ibu-ibu dari berbagai belahan dunia yang hadir di Banjarmasin pada 23-25 Maret yang lalu, tapi siapa sangka dari perkenalannya dengan beberapa orang selama seleksi, berbuah orderan nasi pecel dengan kuantitas yang lumayan banyak dan berkelanjutan.

Sayangnya, sekali lagi karena modal dan tenaganya yang sangat terbatas dan tidak mungkin untuk menambah kapasitas, karena terbatasnya modal, menjadikan Yu Gembrot tidak sanggup melayani semua orderan yang masuk dan dengan sangat terpaksa harus menolak orderan tersebut. 

Aaaaaah seandainya...

 

G 20 | kompas.com
G 20 | kompas.com

Menantikan "Tuah" Ekonomi Inklusif

Sudah menjadi rahasia umum, kisah-kisah elegis seperti yang dialami oleh Yu Gembrot diatas merupakan sebuah realita kehidupan yang sering kita lihat dan dengar di lingkungan kita, tentu dengan latar belakang subyek yang beragam, bisa perempuan-perempuan dengan berbagai keterbatasan, para difable atau bisa juga para pemuda-pemuda yang masih pendidikan-pengalaman dan para marjinal lainnya. 

Lantas sampai kapan nasib para marjinal ini akan terus berputar layaknya "lingkaran setan" yang terus berputar-berulang tanpa ujung dan pangkal?

Angin segar datang dari agenda Presidensi G20 Indonesia, sebuah forum internasional beranggotakan 19 negara dan 1 kawasan yang fokus pada koordinasi kebijakan di bidang ekonomi serta pembangunan yang tahun ini memberi mandat kepada Indonesia sebagai ketua, sekaligus tuan rumah dari ratusan even yang akan di selenggarakan di sepanjang tahun dari 1 Desember 2021 sampai 30 November 2022.

Pada pertemuan 2nd Global Partnership for Financial Inclusion (GPFI) Plenary Meeting, tim kerja G20 yang berfokus untuk mendorong inklusi keuangan yang dipimpin bersama oleh Bank of Italy selaku co-chair serta Bank Indonesia dan Kemenkeu secara hybrid pada 12-13 Mei 2022 di Bali kembali menekankan, pentingnya meningkatkan peran dan potensi pemuda dan perempuan untuk mencapai ekonomi  inklusif, serta perlunya akselerasi pembiayaan kepada pengusaha khususnya perempuan.

Menurut Bappenas, Ekonomi inklusif yang dimaknai sebagai pertumbuhan ekonomi yang menciptakan akses dan kesempatan yang luas bagi seluruh lapisan masyarakat secara berkeadilan, meningkatkan kesejahteraan dan mengurangi kesenjangan antar kelompok dan wilayah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun