Mohon tunggu...
kaekaha
kaekaha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Elegi Yu Gembrot dan Mimpi-mimpi Para Marjinal Menantikan "Tuah" Ekonomi Inklusif `

31 Juli 2022   00:02 Diperbarui: 31 Juli 2022   00:05 509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penjual Pecel | mylittlewalks.tumblr.com

Elegi Yu Gembrot!

Yu Gembrot, begitulah kami biasa menyapa penjual nasi pecel keliling yang setiap pagi selalu menjajakan dagangannya dari rumah-ke rumah di seputaran kampung kami di pinggiran Kota Banjarmasin.

Perempuan perantau dari salah satu kota di ujung barat Jawa Timur yang juga "menjabat" sebagai orang tua tunggal bagi dua anaknya yang masih duduk di bangku SD ini, sudah menjalani profesinya  sebagai penjaja nasi pecel sejak tahun 2013-an, berbarengan dengan ambruknya bisnis batubara di Kalimantan Selatan yang saat itu sempat mengguncang perekonomian regional.

Sang suami yang menjadi tulang punggung keluarga, mengalami stres berat begitu mendapatkan pemutusan hubungan kerja dari perusahaan tempatnya bekerja, salah satu perusahaan tambang yang ternyata belakangan baru diketahui sebagai bagian dari PETI atau pertambangan tanpa ijin alias penambang liar.

Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak! Di tengah-tengah berbagai kesulitan yang mendera keluarga muda Yu Gembrot yang saat itu bersiap-siap melahirkan anak keduanya, tiba-tiba cobaan berat itu datang!  Sang suami meninggal dunia dalam sebuah kecelakaan tragis. 

Beruntung, putera pertama mereka dan juga Yu Gembrot sendiri yang juga terlibat dalam kecelakaan maut itu, selamat. Walaupun salah satu kakinya tidak bisa diselamatkan dan terpaksa harus diamputasi.

Sejak kejadian itu, Yu Gembrot dipaksa keadaan untuk terus menyambung kehidupan dengan memulai usaha jualan nasi pecel keliling, meskipun secara fisik jelas tidak mendukung. Memang dari usaha kecil-kecilan tersebut, Yu Gembrot memang bisa membiayai kebutuhan hidup sehari-hari keluarga "minus-nya" tersebut. Tapi hanya itu yang dia sanggup.

Untuk kebutuhan lain, seperti untuk biaya sekolah anak, kontrakan dan lain-lainnya, termasuk saat itu untuk biaya melahirkan anak ke-2 dan juga perawatan kakinya, Yu Gembrot harus merelakan sisa-sisa tabungan dan benda berharga miliknya untuk dijual.

Pecel | misteraladin.com
Pecel | misteraladin.com

Mimpi-mimpi Para Marjinal

Sejak masih remaja, Yu Gembrot sebenarnya memang sudah punya angan-angan ingin membuka usaha warung nasi pecel, suatu saat nanti. Semua tidak bisa lepas dari latar belakang keluarganya di kampung yang juga dikenal sebagai penjual nasi pecel.

Bahkan, jauh-jauh hari sebelum merantau ke Banjarmasin dan bertemu dengan almarhum suaminya hingga memutuskan untuk berumah tangga, bersama almarhum ibunya di kampung sudah mempersiapkan nama ikonik untuk warung nasi pecelnya kelak, yaitu "Warung Pecel Yu Gembrot". 

Sebuah nama unik dan lucu yang konon telah menjadi bagian dari kenangan masa kecilnya yang tak mungkin terlupakan. Ya, dengan ditambah kata Yu kependekan dari kata Mbakyu yang berarti kakak, nama Gembrot yang di sandingkan memang julukannya waktu masih kanak-kanak, representasi dari perawakan badannya yang saat itu memang gemuk.

Keren ya! Ternyata sejak muda, sebenarnya "Yu Gembrot" sudah mempunyai visi menjadi pengusaha. Bahkan sudah mempersiapkan nama unik dan ikonik sebagai brand dari usahanya. Sayang, nasib baik tidak berpihak kepadanya.

Berbagai keterbatasan yang menjeratnya, menjadikan dirinya terbatasi juga untuk mendapatkan akses informasi yang cukup untuk memberdayakan dirinya sendiri, termasuk terkait pekerjaan dan juga cita-cita serta mimpi-mimpinya. 

Hingga dalam perjalanannya, layaknya para marjinal lainnya di negeri ini, seperti para perempuan, difabel ataupun para pemuda yang minim pendidikan, kemampuan dan tentunya pengalaman, mereka  akhirnya terpinggirkan dari tatanan kehidupan sosial dan budaya masyarakat, terutama dalam hal ekonomi dan pendidikan.

Penolakan tenaga kerja difabel dan para marjinal lainnya di sektor formal dan informal, menyebabkan mereka kesulitan untuk menembus apalagi mengembangkan potensi ketenagakerjaannya. Ini membuktikan bahwa visi terbentuknya ekosistem perekonomian inklusif masih membutuhkan usaha ekstra dan niat baik dari semua pihak.

Untuk banting stir, bekerja di sektor formal atau sekedar ikut orang menjadi pembantu apa saja, posisinya yang bukan sekedar bagian dari para marjinal biasa, tapi "marjinal kuadrat" atau "marjinal bertingkat", yaitu sebagai perempuan, janda, sekaligus difable pula, lebih sering menjadi batu sandungan untuk berkiprah lebih jauh. 

Setali tiga uang juga ketika memutuskan untuk memulai cita-citanya berjualan nasi pecel dengan brand visionernya, Pecel Yu Gembrot! Kemampuannya mengolah nasi pecel yang enak dan berkualitas, serta manajemen usaha seadanya yang hanya mengikuti naluri, ternyata tetap belum bisa menjadikan usahanya maju secara signifikan, bahkan setelah hampir satu dekade berlalu!

Keterbatasan akses permodalan, pengetahuan manajerial usaha dan juga pendampingan untuk keberlangsungan usahanya, menjadikan usaha nasi pecelnya sulit berkembang dan seperti jalan di tempat, sebentuk eufemisme dari paribahasa hidup segan mati tak mau.  

Beruntung, Yu Gembrot tidak terlilit hutang modal  dan beragam jebakan hutang lainnya dari komplotan rentenir "berbaju" koperasi, yang secara ilegal dan mobile bertebaran di Banjarmasin menyasar para marjinal. 

Banyak sudah kejadian, rendahnya literasi keuangan dan desakan ekonomi menyebabkan para marjinal seperti Yu Gembrot yang sejatinya baru belajar berusaha, justeru terjebak hutang modal dengan bunga mencekik dari "koperasi-koperasi" ilegal tersebut, hingga akhirnya tidak hanya usahanya saja yang gagal total, tapi rumah tangga dan juga harta benda yang dimiliki ikut terhisap si lintah darat.  

Berkah dari W 20 di Banjarmasin

Suatu hari di awal tahun, Yu Gembrot mendapatkan info dari salah satu langganannya perihal even W20, side event G20 yang memiliki fokus pada isu gender dan peran perempuan dalam sektor ekonomi yang salah satu agendanya akan diselenggarakan di Banjarmasin.

Kata si-ibu, kebetulan pada even itu  juga akan dilaksanakan pameran UMKM. Siapa tahu Nasi Pecel Yu Gembrot meskipun belum dikenal, tapi citarasa juaranya bisa membawanya melenggang ke pameran yang pastinya akan dihadiri oleh tokoh-tokoh perempuan dari berbagai negara di dunia tersebut.

Singkat cerita, setelah melalui beberapa seleksi, yu Gembrot memang gagal memamerkan citarasa juara nasi pecel olahannya kepada ibu-ibu dari berbagai belahan dunia yang hadir di Banjarmasin pada 23-25 Maret yang lalu, tapi siapa sangka dari perkenalannya dengan beberapa orang selama seleksi, berbuah orderan nasi pecel dengan kuantitas yang lumayan banyak dan berkelanjutan.

Sayangnya, sekali lagi karena modal dan tenaganya yang sangat terbatas dan tidak mungkin untuk menambah kapasitas, karena terbatasnya modal, menjadikan Yu Gembrot tidak sanggup melayani semua orderan yang masuk dan dengan sangat terpaksa harus menolak orderan tersebut. 

Aaaaaah seandainya...

 

G 20 | kompas.com
G 20 | kompas.com

Menantikan "Tuah" Ekonomi Inklusif

Sudah menjadi rahasia umum, kisah-kisah elegis seperti yang dialami oleh Yu Gembrot diatas merupakan sebuah realita kehidupan yang sering kita lihat dan dengar di lingkungan kita, tentu dengan latar belakang subyek yang beragam, bisa perempuan-perempuan dengan berbagai keterbatasan, para difable atau bisa juga para pemuda-pemuda yang masih pendidikan-pengalaman dan para marjinal lainnya. 

Lantas sampai kapan nasib para marjinal ini akan terus berputar layaknya "lingkaran setan" yang terus berputar-berulang tanpa ujung dan pangkal?

Angin segar datang dari agenda Presidensi G20 Indonesia, sebuah forum internasional beranggotakan 19 negara dan 1 kawasan yang fokus pada koordinasi kebijakan di bidang ekonomi serta pembangunan yang tahun ini memberi mandat kepada Indonesia sebagai ketua, sekaligus tuan rumah dari ratusan even yang akan di selenggarakan di sepanjang tahun dari 1 Desember 2021 sampai 30 November 2022.

Pada pertemuan 2nd Global Partnership for Financial Inclusion (GPFI) Plenary Meeting, tim kerja G20 yang berfokus untuk mendorong inklusi keuangan yang dipimpin bersama oleh Bank of Italy selaku co-chair serta Bank Indonesia dan Kemenkeu secara hybrid pada 12-13 Mei 2022 di Bali kembali menekankan, pentingnya meningkatkan peran dan potensi pemuda dan perempuan untuk mencapai ekonomi  inklusif, serta perlunya akselerasi pembiayaan kepada pengusaha khususnya perempuan.

Menurut Bappenas, Ekonomi inklusif yang dimaknai sebagai pertumbuhan ekonomi yang menciptakan akses dan kesempatan yang luas bagi seluruh lapisan masyarakat secara berkeadilan, meningkatkan kesejahteraan dan mengurangi kesenjangan antar kelompok dan wilayah.

Lebih detail, Bappenas juga merumuskan Indeks Pembangunan Ekonomi Inklusif yang memuat tiga pilar utama, yaitu pertumbuhan ekonomi tinggi, pemerataan pendapatan dan pengurangan kemiskinan,  serta perluasan akses dan kesempatan.

Secara faktual, konsep ekonomi inklusif sangat diperlukan masyarakat dunia tidak hanya untuk mengurangi kesenjangan (inequality) akibat ketidakpastian global sebagai dampak pandemi atau untuk akses kesetaraan gender semata, tapi juga sebagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan dan mengurangi kesenjangan antar kelompok dan wilayah secara adil.

Konsep ekonomi inklusif yang secara teknis akan lebih memudahkan para marjinal untuk mengakses beragam informasi yang dibutuhkan, termasuk permodalan dan juga beragam pengetahuan praktis lain yang sangat-sangat diperlukan untuk mengelola usaha berkelanjutan, jelas cocok untuk memberdayakan para marjinal, orang-orang seperti Yu Gembrot dan kawan-kawan.

Semoga...

Semoga bermanfaat!

Salam matan Kota 1000 Sungai,
Banjarmasin nan Bungas! 

Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN
Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun