Mohon tunggu...
kaekaha
kaekaha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mudik Gratis, Solusi Parsial Jangka Pendek! Kedepan Harus Disempurnakan

3 Juli 2016   23:17 Diperbarui: 4 Juli 2016   21:01 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Usulan untuk Pemerintah

Terkait program mudik gratis bagi pengendara sepeda motor yang diselenggarakan oleh pemerintah, sekali lagi saya angkat empat jempol untuk pemerintah! Saya sangat mengapresiasi langkah strategis tersebut. Hanya saja, menurut saya program mudik gratis ini sebenarnya belum menyentuh akar permasalahan yang sebenarnya menjadi alasan masyarakat untuk mudik dengan sepeda motor. 

Sebagai bukti, meskipun banyak program mudik gratis yang diselenggarakan oleh berbagai pihak dengan berbagai kepentingan, dari reportase langsung di lapangan oleh beberapa media nasional masih banyak terlihat pemudik yang menggunakan sepeda motor untuk menuju kampung halaman yang jaraknya cukup jauh! Ada apa ini?

Program yang membutuhkan dana tidak sedikit ini, menurut pengamatan saya hanya bersifat parsial alias hanya mengatasi sebagian permasalahan saja, yaitu mengurangi angka kecelakaan dan mengurangi beban ongkos yang harus ditanggung oleh pemudik, sehingga menurut saya program semacam ini lebih tepat untuk program darurat dan jangka pendek, tidak tepat jika diterapkan untuk jangka panjang. 

Idealnya, pemerintah harus mengkaji lebih jauh lagi realitas kebutuhan (psikologis) pemudik dengan menggunakan sepeda motor ini!

Menurut saya, pemudik dengan menggunakan sepeda motor bukannya mengesampingkan kemungkinan keselamatan diri dan besarnya biaya perjalanan saja, toh soal keselamatan naik apapun bisa saja mengalami kecelakaan! tapi mereka mempunyai ragam alasan yang lebih komplek yang sebenarnya menjadi inti permasalahan yang harus mendapatkan solusi dari pemerintah!  

Berdasaarkan pengalaman mudik saya diatas (terutama alasan mudik dengan menggunakan sepeda motor), setidaknya pemerintah bisa melihat ralitas kebutuhan masyarakat di daerah.

Pertama : 

Moda transportasi massal di Indonesia, secara umum masih belum bisa memberi kenyamanan dan keamanan yang maksimal. Munculnya filosofi "asal terbawa" yang menjadi realitas transportasi angkutan terutama di muslim mudik lebaran merupakan fakta lapangan tidak terbantahkan. Kondisi ini tentu akan menuntun masyarakat untuk berpikir dan mengambil sikap realistis ala mereka yang sayangnya sering tidak didukung oleh mental, kemampuan dan kesadaran  rasional yang tidak memadai. Seperti memilih sepeda motor untuk mudik jarak jauh dengan beban orang dfan barang melebihi kapasitas normal. Padahal desain umum sepeda motor yang di jual di Indonesia tidak didesain untuk perjalanan jauh dengan beban berat seperti yang dilakukan oleh rata-rata pemudik.  

Kedua :

Moda transportasi kita belum bisa menyediakan fasilitas standar yang layak seperti tempat sholat, makan bahkan toilet yang representatif. Seperti pengalaman mudik saya dengan kereta api ekonomi dari Jember-Madiun saat musim lebaran, jangankan untuk duduk apalagi melakukan sholat dan  aktifitas ke toilet! Lha wong toiletnya saja sesak oleh penumpang! Maka tidak heran jika masyarakat lebih memilih moda transportasi yang bisa memberi akses aktifitas pribadi secara penuh, seperti sepeda motor yang fleksibel bisa berhenti untuk sholat di Masjid manapun, buang air bessar/kecil kapan saja dan dimana saja atau mau makan saat lapar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun