Mohon tunggu...
kaekaha
kaekaha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mudik Gratis, Solusi Parsial Jangka Pendek! Kedepan Harus Disempurnakan

3 Juli 2016   23:17 Diperbarui: 4 Juli 2016   21:01 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mudik Gratis! Mau...? (Grafis : dephub.go.id)

Pengalaman Mudik

Bagi perantau yang sudah 20 tahunan lebih meninggalkan kampung halaman, tanah kelahiran di pedalaman lereng sebelah timur Gunung Lawu, perbatasan Jawa Timur dan Jawa Tengah untuk berkelana menjelajahi separuh nusantara seperti saya, mudik atau pulang kampung dalam moment apapun tetap saja menjadi pilihan terbaik untuk mengembalikan spirit! Spirit untuk terus merantau! He...he... bagi saya merantau is the best! 

Bagi saya, tradisi mudik memang bukan barang baru lagi. Mudik sudah seperti aktifitas fisiologis untuk memenuhi kebutuhan biologis tubuh kita seperti makan  (tiga kali sehari) dan tidur (ketika mata mengantuk dan tubuh sudah minta jatah istirahat), maka tidak heran jika aktifitas mudik juga telah memperkaya khasanah alam pikir dan pengalaman saya.

Posisi sebagai perantau yang seringkali berpindah-pindah tempat tinggal, menyebabkan hampir semua moda transportasi darat, laut dan udara pernah menjadi karib untuk memenuhi hasrat mudik ke kampung halaman, baik saat menjelang lebaran maupun mudik dengan keperluan, tujuan dan waktu lainnya. Hanya saja, diantara berbagai moda transportasi yang pernah menjadi karib dalam perjalanan mudik ini, berbagai jenis moda transportasi darat mungkin lebih banyak memberi "warna" jika dibanding dengan dua saudaranya, moda transportasi laut dan udara. Maklumlah, kan saya manusia yang hidup di daratan jadi wajarlah jika lebih banyak bersentuhan dengan moda trasportasi darat he...he...

Khusus untuk moda transportasi udara, sejauh ini saya tidak mempunyai pengalaman yang spesial atau luar biasa yang layak untuk saya catat. Karena selama bermesraan dengan berbagai maskapai penerbangan dalam berbagai kesempatan, termasuk saat mudik semua berjalan "normal" seperti umumnya, tiket pesawat pasti super mahal...hal...hal di saat peak season menjelang lebaran dan seringnya delay keberangkatan yang selalu harus kita maafkan dan pahami, meskipun harus kehilangan berbagai kesempatan dan peluang penting sekalipun.

Sedangkan untuk moda transportasi laut dan sungai, memang hampir semua pernah saya cobba mulai kapal jarak jauh, kapal fery ro-ro, fery cepat antar propinsi, speedboat, taxi air, kelotok sampai jukung atau perahu. Hanya saja ada yang selalu menghantui saya, jika harus memanfaatkan moda transportasi air, yakni tidak bisa berenang dan phobia saya pada akumulasi/genangan air akibat pernah tenggelam dalam kecelakaan bus mengerikan saat mudik lebaran tahun 1983 (ketika kelas 1 SD), saat itu bus yang kami tumpangi terkubur dalam keruhnya air sungai berwarna coklat kemerahan akibat darah yang berceceran. Alhamdulillah keluarga kami semua selamat dengan cara-Nya yang sampai sekarang masih belum bisa kami pahami dengan nalar dan logika, padahal dengan mata kepala saya sendiri hampir separuh penumpang bus terbujur kaku.

Hal berbeda, untuk moda transportasi darat. Banyak pengalaman seru, menarik bahkan mencekam pernah saya alami ketika melakukan aktifitas mudik dari tahun ke tahun. Hampir semua alat transportasi darat jarak jauh seperti Kereta api, bis antar kota, mnibus dari biro perjalanan bahkan sepeda motor pernah menemani perjalanan saya untuk mudik. 

Mudik dengan bis saat masih sekolah dan kuliah, filosofi "asal terbawa" oleh bis, saat itu sudah bersyukur! Tidak jarang aplikasi "asal terbawa" ini riilnya adalah hanya satu kaki saja yang masuk dan berhasil menginjak ujung pijakan di bibir pintu bis ditambah dengan "siksaan" berdiri sepanjang perjalanan yang menempuh jarak 400 km. Inilah menariknya...

Pengalaman yang kurang lebih sama, juga saya dapatkan ketika mudik dengan menggunakan kereta api kelas ekonomi khas pelajar dan mahasiswa kala itu dari Jember- Madiun, filosofi "asal terbawa" masih tetap berlaku. Masih mendingan, bisa berdiri meskipun terjepit penumpang lain yang hanya bisa berdiri kaku di dalam gerbong (seperti iklan salah satu produk seluler), berdiri kaku berdesakan dalam WC-pun biasa terjadi. Belum lagi bila "takdir" hari itu harus kebagian tempat di gerbong barang yang mau tidak mau kadang berbaur dengan kambing dan ayam.

Berangkat dari pengalaman mudik 2 tahun pertama dengan bis dan kereta api yang penuh dengan "sensasi" akhirnya di tahun ke-3 saya memutuskan untuk mulai mencoba mudik dengan menggunakan sepeda motor. Inilah bedanya! Mudik dengan sepeda motor ternyata memberikan suasana mudik yang lebih sensasional lagi

1.  Fleksibel

Saya bisa menentukan waktu mudik sesuai kebutuhan saya, tidak terikat waktu keberangkatan seperti naik kereta api, bis PATAS yang biasanya berjadwal tetap ataupun pesawat terbang. Fleksibilitas ini juga berlaku dalam perjalanan, kita bisa berhenti kapan saja untuk istirahat, makan, sholat atau bahkan singgah di tempat-tempat wisata di sepanjang perjalanan. Kebetulan, karena di sepanjang perjalanan dari Jember menuju Madiun, banyak keluarga dan teman yang disinggahi, jadi perjalanan mudik bisa dimanfaatkan sekalian untuk bersilaturahmi. 

2. Budget anggaran bisa diatur (lebih murah)

Saya bisa menentukan budget rasional yang saya perlukan selama perjalanan dan tidak terkena tuslah!

3. Sepeda motor bisa dipakai beraktifitas di kampung halaman.

Memang harus diakui, mudik jarak jauh dengan sepeda motor seperti yang saya lakukan 20 tahun lalu dari Jember-Magetan yang berjarak hampir 400km bukan tanpa resiko! Perjalanan panjang tersebut menuntut tanggung jawab besar. Tanggung jawab terhadap keamanan dan keselamatan pribadi juga terhadap orang lain yang tentunya akan kita temui di sepanjang perjalanan. Saya harus memperhitungkan dan mempersiapkan semuanya sebaik mungkin.

Pengalaman mengerikan dalam salah satu aktifitas mudik saya bersama beberapa teman di tahun 2000, mungkin bisa dijadikan pelajaran berharga! 

Entah apa penyebabnya, salah satu sahabat saya yang saat itu mudik bersama saya, tepat di depan PT Cheil Samsung di Probolonggo tiba-tiba menabrak bagian belakang truck container yang sedang parkir. Padahal perjalanan relatif baru saja dimulai, sahabat saya yang memegang kemudi (joki), Alhamdulillah selamat walaupun sempat dirawat hampir 1 bulan di rumah sakit dan harus merelakan kaki kanannya yang hacur untuk di amputasi sebatas paha, sedangkan sabahat saya satunya yang dibonceng dibelakang, setelah mengalami koma selama 1 minggu, akhirnya meninggal dunia. (Selamat jalan An! Doa kami, sahabat-sahabatmu akan selalu menyertaimu! Semoga engkau tenang berada di sisi-Nya) 

Mudik Gratis Dengan Pemerintah 

Sebagai "pemudik", terus terang saya sangat mengapresiasi langkah-langkah pemerintah untuk terus membenahi "prosesi" mudik masyarakat Indonesia setiap menjelang lebaran dari tahun ke tahun. Mulai dari pembangunan dan pembenahan infrastruktur lapangan di sepanjang jalur mudik, koordinasi lintas sektoral yang semakin rapi dan memberi manfaat riil, sampai mudik selamat gratis khusus pengendara sepeda motor berikut sepeda motornya! 

Terbukti, kerja keras pemerintah dan berbagai pihak selama ini bisa menurunkan angka kecelakaan, khususnya pemudik yang mengendarai sepeda motor  secara signifikan (sampai sekitar 22%), fakta ini merupakan sebuah kemajuan yang patut untuk terus di tindak lanjuti progressnya. 

Berangkat dari pengalaman mudik saya dan data serta fakta lapangan yang disajikan salah satunya oleh Departemen Perhubungan diatas, khususnya untuk pemudik yang menggunakan sepeda motor sepertinya memilih mudik selamat ala pemerintah yang tanpa dipungut biaya alias gratis (bisa PP lagi!) bisa dijadikan pilihan terbaik untuk berlebaran bersama keluarga besar di kampung halaman. Maih mau berspekulasi?

Usulan untuk Pemerintah

Terkait program mudik gratis bagi pengendara sepeda motor yang diselenggarakan oleh pemerintah, sekali lagi saya angkat empat jempol untuk pemerintah! Saya sangat mengapresiasi langkah strategis tersebut. Hanya saja, menurut saya program mudik gratis ini sebenarnya belum menyentuh akar permasalahan yang sebenarnya menjadi alasan masyarakat untuk mudik dengan sepeda motor. 

Sebagai bukti, meskipun banyak program mudik gratis yang diselenggarakan oleh berbagai pihak dengan berbagai kepentingan, dari reportase langsung di lapangan oleh beberapa media nasional masih banyak terlihat pemudik yang menggunakan sepeda motor untuk menuju kampung halaman yang jaraknya cukup jauh! Ada apa ini?

Program yang membutuhkan dana tidak sedikit ini, menurut pengamatan saya hanya bersifat parsial alias hanya mengatasi sebagian permasalahan saja, yaitu mengurangi angka kecelakaan dan mengurangi beban ongkos yang harus ditanggung oleh pemudik, sehingga menurut saya program semacam ini lebih tepat untuk program darurat dan jangka pendek, tidak tepat jika diterapkan untuk jangka panjang. 

Idealnya, pemerintah harus mengkaji lebih jauh lagi realitas kebutuhan (psikologis) pemudik dengan menggunakan sepeda motor ini!

Menurut saya, pemudik dengan menggunakan sepeda motor bukannya mengesampingkan kemungkinan keselamatan diri dan besarnya biaya perjalanan saja, toh soal keselamatan naik apapun bisa saja mengalami kecelakaan! tapi mereka mempunyai ragam alasan yang lebih komplek yang sebenarnya menjadi inti permasalahan yang harus mendapatkan solusi dari pemerintah!  

Berdasaarkan pengalaman mudik saya diatas (terutama alasan mudik dengan menggunakan sepeda motor), setidaknya pemerintah bisa melihat ralitas kebutuhan masyarakat di daerah.

Pertama : 

Moda transportasi massal di Indonesia, secara umum masih belum bisa memberi kenyamanan dan keamanan yang maksimal. Munculnya filosofi "asal terbawa" yang menjadi realitas transportasi angkutan terutama di muslim mudik lebaran merupakan fakta lapangan tidak terbantahkan. Kondisi ini tentu akan menuntun masyarakat untuk berpikir dan mengambil sikap realistis ala mereka yang sayangnya sering tidak didukung oleh mental, kemampuan dan kesadaran  rasional yang tidak memadai. Seperti memilih sepeda motor untuk mudik jarak jauh dengan beban orang dfan barang melebihi kapasitas normal. Padahal desain umum sepeda motor yang di jual di Indonesia tidak didesain untuk perjalanan jauh dengan beban berat seperti yang dilakukan oleh rata-rata pemudik.  

Kedua :

Moda transportasi kita belum bisa menyediakan fasilitas standar yang layak seperti tempat sholat, makan bahkan toilet yang representatif. Seperti pengalaman mudik saya dengan kereta api ekonomi dari Jember-Madiun saat musim lebaran, jangankan untuk duduk apalagi melakukan sholat dan  aktifitas ke toilet! Lha wong toiletnya saja sesak oleh penumpang! Maka tidak heran jika masyarakat lebih memilih moda transportasi yang bisa memberi akses aktifitas pribadi secara penuh, seperti sepeda motor yang fleksibel bisa berhenti untuk sholat di Masjid manapun, buang air bessar/kecil kapan saja dan dimana saja atau mau makan saat lapar.

Ketiga :

Soal tarif, dulu jaman saya mudik ada tarif tuslah lebaran yang membuat ongkos semakin mahal. Untuk naik pesawat, sudah menjadi rahasia umum jika musim peak session  harga tiket akan melambung tinggi berlipat-lipat dari harga normal! Kalau sudah begini, saya kira sangat wajar bila masyarakat akan kembali berplikir logis dan realistis dengan mudik pakai sepeda motor, tinggal isi bensin full di POM bensin yang bertebaran di sepanjang jalan tanpa harus memikirkan tuslah dan harga tiket pesawat yang menjadi sangat tidak masuk akal. Apakah tidak ada cara lain untuk mengontrol dan mengatasi kepentingan sesaat ini ?   

Empat :

Dengan membawa sepeda motor ke kampung halaman, sepeda motor bisa dimanfaatkan untuk berkeliling, bersilaturahmi dengan kerabat dan sahabat di kampung yang domisilinya terpisah dan berpencar-pencar! Inilah esensi dari berlebaran di kampung halaman!

Apa yang bisa kita tangkap dari pesan diatas? Pembangunan Infrastruktur transportasi di daerah yang belum merata! Dalam konteks ini, kita belum perlu berbicara infrastruktur daerah di luar Jawa, karena di Jawa sendiri seperti di kampung halaman saya di lereng Gunung Lawu infrastruktur transportasi berikut moda transportasi penghubung antar kecamatan masih relatif langka apalagi di musim lebaran, dari yang langka ini semuanya pada libur! 

Jadi sangat masuk akal jika akhirnya para perantau lebih memilih mudik ke kampung halamnnya saat lebaran dengan menggunakan sepeda motor, karena bisa sangat membantu, bahkan menyempurnakan esensi berlebaran di kampung halaman.

Berangkat dari beberapa permasalahan mendasar diatas, harapan kedepannya pemerintah bisa menjadikannya sebagai acuan untuk langkah penyempurnaan secara komprehensif dalam upaya mengawal prosesi mudik masyarakat Indonesia. Sehingga segala permasalahan terkait prosesi mudik lebaran, khususnya yang menggunakan sepeda motor bisa mendapatkan solusi terbaik. 

Atau, mungkin anggaran besar untuk mudik gratis itu dialihkan atau dimanfaatkan saja untuk memperbaiki dan atau membangun berbagai infrastruktur vital termasuk transportasi di daerah berikut moda transportasinya seperti pesan pembangunan Indonesia Sentris yang di gaungkan oleh Presiden Joko Widodo, dengan begitu mungkin kedepan pemudik yang menggunakan sepeda motor dengan sukarela  akan meninggalkan sepeda motornya di kota rantau, karena esensi mudik berlebaran di kampung berupa silaturahmi dan anjang sana kepada kerabat, sahabat dan handai taulan lainnya di kampung halaman sudah tercukupi oleh fasilitas yang memadai, sehingga pemerintah tidak perlu repot-repot harus mengalokasikan dana besar untuk mengangkut orang sekaligus kendaraannya ke kampung halaman untuk mudik.

 Semoga bermanfaat.

URL Facebook : https://www.facebook.com/kaekaha.rockerz

username twitter : @kaekaha

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun