Mohon tunggu...
Dani Febri
Dani Febri Mohon Tunggu... Penulis - Terpercaya, Akurat, dan Kredibel

Yakinkan dengan iman Usahakan dengan ilmu Sampaikan dengan amal

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pilkada 2024: Meninjau Demokrasi Indonesia

12 Oktober 2024   12:18 Diperbarui: 12 Oktober 2024   12:18 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Penulis (Nur Aqidatul Izzah (Peserta Advance Training LK III Badko HMI Jawa Barat)

Secara keseluruhan, kualitas demokrasi Indonesia masih berada dalam posisi "sedang". Ada banyak pencapaian positif, terutama dalam hal pelaksanaan pemilu yang berkala, peningkatan partisipasi publik, dan kebebasan berpendapat yang lebih luas dibandingkan era sebelumnya. Namun, masalah-masalah seperti korupsi, politik uang, dominasi oligarki, dan pelemahan lembaga demokrasi masih menjadi tantangan utama. Untuk memperbaiki kualitas demokrasi, Indonesia perlu terus memperkuat lembaga-lembaga pengawas, memberantas korupsi, dan memastikan partisipasi politik yang inklusif dan representatif bagi seluruh rakyat. 

Pilkada Serentak 2024 diharapkan dapat memperkuat demokrasi lokal di Indonesia. Pemilihan langsung di tingkat daerah memungkinkan masyarakat untuk memilih pemimpin yang dianggap paling mampu menjalankan roda pemerintahan daerah dengan baik. Hal ini juga menjadi kesempatan bagi daerah untuk mendapatkan pemimpin yang lebih akuntabel dan transparan, serta mendorong reformasi di tingkat lokal. Namun, untuk mewujudkan pilkada yang demokratis dan berintegritas, berbagai pihak harus memastikan proses berjalan lancar, mulai dari penyelenggara pemilu, pemerintah, aparat penegak hukum, hingga masyarakat itu sendiri. Transparansi, keamanan, dan partisipasi publik yang tinggi adalah kunci suksesnya Pilkada Serentak 2024.

Untuk meningkatkan kualitas demokrasi dalam Pilkada 2024 di Indonesia, beberapa rekomendasi penting perlu diterapkan guna memperbaiki proses, mengurangi kecurangan, dan memperkuat legitimasi hasil Pilkada. Berikut adalah beberapa rekomendasi yang dapat diperhatikan:

Penguatan Regulasi untuk Mencegah Politik Uang

Peningkatan pengawasan oleh Bawaslu dan lembaga penegak hukum terhadap praktik politik uang yang masih marak terjadi. Hal ini bisa dilakukan dengan memperkuat mekanisme pelaporan masyarakat dan pemantauan secara intensif di daerah-daerah yang rawan. 

Sanksi yang lebih tegas terhadap kandidat, tim kampanye, atau partai politik yang terlibat dalam politik uang. Sanksi harus bersifat pencegahan dan penjeraan, misalnya dengan diskualifikasi kandidat atau hukuman pidana yang efektif.

Peningkatan Partisipasi Pemilih

Pendidikan politik bagi masyarakat harus diperkuat, terutama di kalangan pemilih muda dan di daerah-daerah yang partisipasinya rendah. Media sosial dan teknologi digital bisa digunakan untuk mengedukasi pemilih tentang pentingnya suara mereka dan bagaimana cara memilih dengan bijak.

Melakukan kampanye masif tentang hak pilih dan tata cara pemilihan di seluruh wilayah, dengan fokus pada daerah-daerah terpencil dan kelompok rentan, seperti masyarakat adat, perempuan, dan disabilitas, agar mereka mendapatkan akses yang adil.

Transparansi dalam Penyusunan Daftar Pemilih Tetap (DPT)

Audit independen terhadap proses penyusunan DPT untuk memastikan bahwa hanya pemilih yang memenuhi syarat yang masuk ke dalam daftar. Ini bisa dilakukan dengan melibatkan LSM dan pemantau independen untuk meminimalisir potensi manipulasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun