Mohon tunggu...
IMRON SUPRIYADI
IMRON SUPRIYADI Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis Tinggal di Palembang

Penulis adalah Guru Ngaji di Rumah Tahfidz Rahmat Palembang, dan Penulis Buku "Revolusi Hati untuk Negeri" bekerja sebagai Jurnalis di KabarSumatera.com Palembang. (www.kabarsumatera.com) dan mengelola situs sastra : www.dangausastra.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Gorengan Dunia Akhirat

7 Agustus 2018   01:51 Diperbarui: 7 Agustus 2018   20:24 1253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: tribunnews.com

"Rohimah, malam ini aku tidak mau debat soal itu. Nanti ada waktunya, tapi bukan sekarang! Aku ini hanya ingin kamu ajari aku bagaimana cara mempimpin doa seperti Pak Ujang, atau seperti bapakmu itu. Jangan bicara yang lain dululah!" Abdul Muis mencoba mengembalikan tema pembicaraan malam itu.

"Makanya sering-sering shalat jamaah sama Bapak, biar tahu caranya mimpin doa!" Rohimah kemudian mengambil teks doa. Wajahnya masih tampak kesal.

"Ayo, sini. Sekarang Abang tirukan aku," ujar Rohimah agak bersungut.

"Jangan bersungut-sungut gitulah. Nanti Tuhan marah kalau ngajari doa sambil marah," Abdul Muis meledek.

Hampir setiap malam, sebelum hari Jumat tiba, Rohimah harus mengajari suaminya memimpin doa bersama dan kirim Suroh Al-Fatihah kepada sanak kerabat, para guru, dan kaum muslimin-muslimat. 

Kali itu, Rohimah benar-benar sedang berhadapan dengan santri yang minta diajari berdoa sejak awal hingga akhir. Hasilnya lumayan jitu. Hanya empat hari berturut-turut Abdul Muis sudah mirip Pak Ujang, dan siap selalu memimpin doa bersama di masjid setiap Jumat.

Dalam pekan berikutnya, sumbangan datang terus berganti. Jumlahnya tak lebih dari lima puluh ribu, seratus ribu hingga dua ratus ribu rupiah. Pernah salah stau jemaah menyumbang masjid agak besar ; lima ratus ribu rupiah. Abdul Muis sudah siaga memipin doa. Mertuanya senang juga mendegar kabar itu dari sejumlah warga yang datang ke rumahnya.

Hari Jumat tiba. Sepeti biasa ada saja beberapa warga dan jemaah yang  mengirim infaq sodqoh ke masjid. Semua jemaah yang mengirim uang minta doa dari jemaah shalat Jumat.

"Ini sumbangan dari Pak Zabani, lima ratus ribu. Isterinya sakit. Sudah operasi ke luar negeri tapi belum juga sembuh. Katanya minta kita mendoakan," Pak Komar menyampaikan kepada Abdul Muis, atas permintaan keluarga Pak Zabani.

"Ini ada dua lagi Pak. Satu dari Pak Salim lima puluh ribu, katanya minta didoakan perjalanannya ke Jawa agar selamat sampai tujuan. Kedua dari Pak Bardan, seratus ribu rupiah," Pak Jumardin, sekretaris masjid menyerahkan sejumlah uang kepada Abdul Muis.

"Ini yang Pak Bardan minta doa apa?" tanya Abdul Muis pada Pak Jumardin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun