"Rohimah, malam ini aku tidak mau debat soal itu. Nanti ada waktunya, tapi bukan sekarang! Aku ini hanya ingin kamu ajari aku bagaimana cara mempimpin doa seperti Pak Ujang, atau seperti bapakmu itu. Jangan bicara yang lain dululah!" Abdul Muis mencoba mengembalikan tema pembicaraan malam itu.
"Makanya sering-sering shalat jamaah sama Bapak, biar tahu caranya mimpin doa!" Rohimah kemudian mengambil teks doa. Wajahnya masih tampak kesal.
"Ayo, sini. Sekarang Abang tirukan aku," ujar Rohimah agak bersungut.
"Jangan bersungut-sungut gitulah. Nanti Tuhan marah kalau ngajari doa sambil marah," Abdul Muis meledek.
Hampir setiap malam, sebelum hari Jumat tiba, Rohimah harus mengajari suaminya memimpin doa bersama dan kirim Suroh Al-Fatihah kepada sanak kerabat, para guru, dan kaum muslimin-muslimat.Â
Kali itu, Rohimah benar-benar sedang berhadapan dengan santri yang minta diajari berdoa sejak awal hingga akhir. Hasilnya lumayan jitu. Hanya empat hari berturut-turut Abdul Muis sudah mirip Pak Ujang, dan siap selalu memimpin doa bersama di masjid setiap Jumat.
Dalam pekan berikutnya, sumbangan datang terus berganti. Jumlahnya tak lebih dari lima puluh ribu, seratus ribu hingga dua ratus ribu rupiah. Pernah salah stau jemaah menyumbang masjid agak besar ; lima ratus ribu rupiah. Abdul Muis sudah siaga memipin doa. Mertuanya senang juga mendegar kabar itu dari sejumlah warga yang datang ke rumahnya.
Hari Jumat tiba. Sepeti biasa ada saja beberapa warga dan jemaah yang  mengirim infaq sodqoh ke masjid. Semua jemaah yang mengirim uang minta doa dari jemaah shalat Jumat.
"Ini sumbangan dari Pak Zabani, lima ratus ribu. Isterinya sakit. Sudah operasi ke luar negeri tapi belum juga sembuh. Katanya minta kita mendoakan," Pak Komar menyampaikan kepada Abdul Muis, atas permintaan keluarga Pak Zabani.
"Ini ada dua lagi Pak. Satu dari Pak Salim lima puluh ribu, katanya minta didoakan perjalanannya ke Jawa agar selamat sampai tujuan. Kedua dari Pak Bardan, seratus ribu rupiah," Pak Jumardin, sekretaris masjid menyerahkan sejumlah uang kepada Abdul Muis.
"Ini yang Pak Bardan minta doa apa?" tanya Abdul Muis pada Pak Jumardin.