Berdasarkan pengalamanku dalam mempelajari teologi ekologi, ajaran yang membangkitkan imajinasi ekologis juga tersebar dalam kitab-kitab suci agama-agama besar di Indonesia lainnya (non Muslim). Hal ini meneguhkan bahwa seluruh umat beragama di Indonesia bisa berkolaborasi untuk mewujudkan masa depan lingkungan suistainable.
Imajinasi Ekologis dalam Kearifan Lokal
Selain Kitab Suci, kecintaanku pada linterasi dengan minat khusus kearifan lokal, menjadikan imajinasi ekologis semakin kokoh dan mengakar kuat dalam pikiran bawah sadarku.
Masyarakat tradisional Minangkabau (Orang Minang) di Sumatera Barat meyakini alam adalah guru. Keyakinan tersebut dikukuhkan Orang Minang dalam filosofi ‘alam takambang jadi guru’ (alam terbentang adalah guru). Dengan demikian, Orang Minang yang sejati tidak akan merusak alam alam. Merusak alam berarti merusak guru yang melahirkan kearifan lokal pembentuk peradaban Minangkabau.
Sementara itu, di jantung Pulau Kalimantan, masyarakat tradisional dari suku Dayak Krio -- salah satu subetnis Dayak di Kabupaten Ketapang, Provinsi Kalimantan Barat – meyakini hutan sebagai sumber kekuatan magis keseimbangan ekologi. Keyakinan tersebut tertuang dalam lagu Pupu Tagua. Berikut nyanyian Pupu Tagua dan terjemahan dengan penggunaan bahasa Indonesia.
PUPU TAGUA
Kampung pupu tagua
Nama tanah di daerah tersebut
Sungai encuke dan riam bunga
Riam bunga tagua di tanjung ransa