Agar tidak turut berkontribusi dalam tindakan yang menjauh dari masa depan lingkungan suistainable tersebut, aku menjalani pendidikan yang bersifat ‘daring’ atau ‘full online’. Sekarang, aku tercatat sebagai salah seorang mahasiswa yang ‘full online’ di Universitas Terbuka. Melalui aksi menjalani pendidikan daring, aku bisa meminimalisir timbulnya kerusakan lingkungan akibat perilaku manusia.
Ketiga, menjalani gaya hidup minimalis.
Menurutku, hidup minimalis bukan berarti pelit, melainkan menyederhanakan pola konsumsi sampai titik rendah. Aksi tersebut bermanfaat untuk meningkatkan kualitas hidup, hemat energi, dan potensi emisi karbon dari proses produksi produk. Di dunia internasional, gaya hidup minimalis menjadi trend sejak dikenalkan Marie Kondo yang terfokus pada upaya meminimalisir benda-benda di ruangan.
Keempat, tidak menjadikan ‘travelling’ dengan penggunaan kendaraan bermotor sebagai hobi utama.
Aksi tersebut mengurangi kontribusiku dalam aktifitas yang menghasilkan emisi karbon melalui penggunaan alat transportasi travelling berbahan bakar fosil.
Kelima, menolak kantong plastik sebagai kemasan belanja.
Aksi tersebut membantuku untuk tidak berkontribusi dalam aktifitas yang menghasilkan emisi karbon melalui produksi dan limbah plastik (anorganik).
Keenam, mengurangi penggunaan gawai eletronik untuk keperluan hiburan.
Aku menggunakan gawai untuk tujuan yang bermanfaat seperti bekerja, berkomunikasi untuk tujuan penting, dan membaca literatur (informasi) untuk memperluas wawasan.
Penggunaan gawai untuk hiburan aku minimalisir. Aksi ini mencegah diriku untuk turut berkontribusi dalam mengurangi emisi karbon dari pembangkit listrik. Selain itu, aksii ini menjadikan diriku untuk berpartisipasi aktif dalam hemat energi.