Mohon tunggu...
Sulfiza Ariska
Sulfiza Ariska Mohon Tunggu... Penulis - Penulis lepas dan pecinta literasi

Blog ini merupakan kelanjutan dari blog pada akun kompasiana dengan link: https://www.kompasiana.com/sulfizasangjuara 🙏❤️

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Akar Tionghoa di Rumah Gadang

1 April 2023   23:14 Diperbarui: 1 April 2023   23:34 2449
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Akar Tionghoa duo ganggang. Sumber: Ir. Mahmud Hasan dalam buku 'Rumah Adat Minangkabau'.

Penggunaan bahasa Minang sebagai bahasa utama etnis Tonghoa di Kampung Pondok mengindikasikan bahwa telah terjadinya hibrida kebangsaan, dari kebangsaan tunggal menjadi kebangsaan ganda. Tiongkok secara konvensional bukan lagi Tanah Air mereka dan Tionghoa secara konvensional bukan lagi bangsa bagi mereka.  

Walaupun secara geneologi etnis Tionghoa Kampung Pondok merupakan keturunan Tionghoa dan berasal dari Tiongkok,  Minang-lah bangsa mereka dan Ranah Minang lah yang menjadi Tanah Air mereka. Di sisi lain, leluhur Orang Minang di Kampung Pondok menerima mereka untuk memilih Minang sebagai bangsa dan Ranah Minang sebagai Tanah Air. Tidak mengherankan, bila kehidupan etnis Tionghoa di Kampung Pondok bebas konflik rasial.

Kita tidak menafikkan terjadinya pergesekan-pergesekan antaretnis yang menimbulkan ketidaknyamanan di Kampung Pondok. Tetapi, ketidaknyamanan tersebut sekadar ketidaknyamanan yang wajar seperti persaingan ekonomi antarpedagang yang lazim terjadi di Pasar Kongsi, sehingga tidak menyulut konflik sosial besar-besaran.  

Pada masa kerusuhan anti-Tionghoa 1998, mayoritas mayarakat Minang tidak terprovokasi. Orang Minang Kampung Pondok siap melindungi etnis Tionghoa di Kampung Pondok.
   
Menurut ahli sejarah sekaligus akademisi Universitas Negeri Pedang, Erniwati, sebagaimana yang dilansir kanal Youtube Padangkita.com (12 Februari 2021) banyak etnis Tionghoa yang memiliki toko dengan Orang Minang sebagai karyawan. Dengan demikian, ancaman bagi etnis Tionghoa berarti ancaman bagi Orang Minang. Sebab, Orang Minang yang menjadi karyawan toko milik etnis Tionghoa tergantung secara ekonomi pada etnis Tionghoa pemilik toko.

Menurut hemat penulis, bila sekadar motif ekonomi, Orang Minang yang menjadi karyawan di toko milik etnis Tionghoa Kampung Pondok, bisa saja mencari pekerjaan di daerah lain dengan pemilik usaha Non Tionghoa. Untuk apa mereka mempertaruhkan nyawa demi pekerjaan atau kemakmuran ekonomi yang bisa mereka dapatkan di tempat lain?            

Selama ini, akrab ditelinga kita jargon bahasa sebagai identitas pembentuk bangsa. Bila kita korelasikan penggunaan bahasa Minang sebagai bahasa utama etnis Tionghoa di Kampung Pondok dengan tindakan Orang Minang yang melindungi etnis Tionghoa Kampung Pondok pada masa kerusuhan 1998, maka bisa kita simpulkan bahwa bagi etnis Tionghoa Kampung Pondok: Kampung Pondok adalah Tanah Air dan Minang adalah bangsa mereka. Di sisi lain, bagi Orang Minang di Kampung Pondok terutama, penduduk lokal, etnis Tionghoa di Kampung Pondok adalah saudara mereka sebangsa dan se-Tanah Air.  
 
Kesenian

Sebagaimana masyarakat etnis Tionghoa pada umumnya, masyarakat etnis Tionghoa Kampung Pondok mengembangkan kesenian khas Tiongkok, seperti tarian 'barongsai' dan 'wushu'. Di luar 'tarian barongsai' dan 'wushu', terdapat pula kesenian 'gambang' dan 'sipasan'.

Wushu merupakan seni bela diri khas Tiongkok. Secara bahasa, 'wushu' terdiri atas dua kata, 'wu' berarti ilmu perang dan 'shu' berarti seni. Dengan demikian, 'wushu' dapat diartikan sebagai seni untuk berperang atau seni beladiri.

Kesenian gambang terdiri atas gambang sebagai instrumen utamanya. Pada praktiknya, gambang digabungkan dengan beberapa instrumen tradisional dari daerah Tiongkok seperti kecapi, suling serta beberapa instrumen akustik lainnya seperti gitar, biola, saxophone, string bass, trumpet, dan clarinet.

Selain itu, terdapat pula tradisi 'sipasan' yang menjadi bagian dari kesenian yang dikembangkan etnis Tionghoa Kampung Pondok. Sipasan merupakan tiruan lipan berkepala dan berekor naga. Badan sipasan berupa tandu berpayung yang dilengkapi kursi untuk diduduki puluhan anak. Sipasan diangkat dan diarak oleh lelaki dewasa terlatih. Konon, sipasan sebagai kesenian Tionghoa hanya ada di dunia, yaitu Padang dan Taiwan. Karena itu, kita patut berbangga dengan keberadaan sipasan di Kampung Pondok.        

Walaupun memiliki perbedaan genre yang signifikan, semua bentuk kesenian etnis Tionghoa di Kampung pondok tersebut mengerucut pada satu filosofi: kerjasama. Kerja sama juga berarti sinergitas dan kolaborasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun