Ukia aka induak ukiran, gambaran hiduik sa alam nangko, aka nan jadi isi buahnyo, nan tanpak aka bapiuah ibarat nan bapakai, pakaian adat jo limbago. Awal maso dahulu cino nan jadi ukurannyo, aka labiah bicaro tajam, baguru barajo maso itu, dilukih kayu sabilah, kiasan pilin aka cino (Ukir akar merupakan induk ukiran, gambaran hidup keseluruhan alam ini, akar yang menjadi buahnya, yang tampak akar berpilin, kias ibarat yang dipakai, pakaian adat dengan lembaga. Awal masa dahulu, Tionghoa yang menjadi bandingan, akal lebih bicara tajam, berguru belajar masa itu, dilukis kayu sebilah, kiasan berpilin akar Tionghoa).
Penempatan akar Tionghoa pada Rumah Gadang mencerminkan penghormatan yang luar biasa pada leluhur etnis Tionghoa. Masing-masing motif ukiran tradisional Minangkabau, termasuk ukiran akar Tionghoa, memiliki filosofi atau nilai-nilai luhur yang menjadi materi edukasi pembentukan karakter masyarakat tradisonal Minangkabau.
Keberadaan akar Tionghoa terjalin erat dengan seluruh motif ukiran-ukiran tradisional Minangkabau lainnya di rumah adat Minangkabau yang lazim disebut Rumah Gadang. Sepengetahuan penulis, hanya akar Tionghoa motif ukiran yang merepresentasikan keberadaan kebudayaan bangsa lain dalam konstelasi kebudayaan Minangkabau dalam motif ukiran.
Di Rumah Gadang pada umumnya terdapat empat jenis Akar Tionghoa dengan penempatan sebagai berikut:
[1] Aka Tionghoa terdapat pada dinding dampa-dampa dan pintu.
[2] Aka Tionghoa sagagang terdapat pada papan lambai lambai garebeh.
[3] Aka Tionghoa tangah duo gagang terdapat pada pada kasau besar.
[4] Aka Tionghoa duo gagang terdapat pada bingkai papan dinding cucuran.