Mohon tunggu...
Sulfiza Ariska
Sulfiza Ariska Mohon Tunggu... Penulis - Penulis lepas dan pecinta literasi

Blog ini merupakan kelanjutan dari blog pada akun kompasiana dengan link: https://www.kompasiana.com/sulfizasangjuara 🙏❤️

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Akar Tionghoa di Rumah Gadang

1 April 2023   23:14 Diperbarui: 1 April 2023   23:34 2449
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Akar Tionghoa duo ganggang. Sumber: Ir. Mahmud Hasan dalam buku 'Rumah Adat Minangkabau'.

'Akar Tionghoa' merupakan motif ukiran tradisional Minangkabau yang sangat istimewa. Selain memperkaya daya estetik Rumah Gadang, akar Tionghoa juga mengukuhkan kebudayaan Tionghoa 'terutama kebudayaan etnis Tionghoa perantau' dalam konstelasi kebudayaan Minangkabau

Keberadaan 'akar Tionghoa' di Rumah Gadang membuktikan masyarakat tradisional Minangkabau (Orang Minang) menjunjung toleransi, egaliter, keberagaman, dan persaudaraan multibudaya.

Selain memiliki filosofi yang terjalin dalam konstelasi filosofi ukiran-ukiran tradisional Minangkabau di Rumah Gadang, keberadaan ragam hias "akar Tionghoa' mengindikasikan leluhur masyarakat tradisional Minangkabau dengan leluhur etnis Tionghoa telah menjalin sinergi dan kolaborasi dalam membangun peradaban di masa kejayaan Kerajaan Pagaruyung.

Kebudayaan Merantau

'Akar Tionghoa' dalam ragam hias seni ukir Minangkabau berupa tumbuhan yang merambat, mengakar, dan saling kait-mengait antara satu sama lain. Walaupun sudah menjalar kemana-mana, tumbuhan tersebut tidak terputus dengan akar umbinya.  
Motif akar Tionghoa merepresentasikan kebudayaan etnis Tionghoa yang merantau. Selama berabad-abad mereka dikenal sebagai etnis perantau dengan kualitas keuletan, kekuatan, kerja keras, dan keteguhan pendirian yang luar biasa.  

Walaupun sudah merantau jauh, etnis Tionghoa tidak lupa dengan akar budaya, bangsa, keluarga, leluhur, bangsa, dan budaya mereka. Bahkan, etnis Tionghoa bangga dengan kebudayaan mereka, sehingga selalu berusaha menumbuhkembangkan dan mengukuhkan kebudayaan Tionghoa di mana pun mereka merantau. Indikasi-indikasi tersebut diperkuat tujuan etnis Tionghoa merantau yang termaktub prasasti pada sebuah makam di Bukit Sentiong dengan bunyi:            

Kita orang tionghoa merantau ke sini supaya orang kaya dapat dikubur, dan orang yang miskin jangan sampai terbengkalai, maka kami membeli tanah ini dan bikin thong sua ini. Semua orang Tionghoa boleh dikubur di sini dan membangun ruang istirahat di sebelahnya untuk istirahat orang yang membersihkan tempat.  

Prasasti di makam Bukit Sentiong. Sumber: Toako Kho Yan Sin/FB: Hendri Kho
Prasasti di makam Bukit Sentiong. Sumber: Toako Kho Yan Sin/FB: Hendri Kho
Berdasarkan prasasti di Bukit Sentiong, tujuan etnis Tionghoa merantau adalah untuk memperjuangkan kehidupan etnis Tionghoa dalam usaha mendapatkan kemakmuran dan kesejahteraan kolektif.

Orang Minang memiliki tradisi yang sama dengan etnis Tionghoa, yaitu sama-sama suka merantau. Merantau dikenal sebagai tradisi Orang Minang dari generasi ke generasi. Bahkan, Orang Minang khususnya laki-laki, seolah memiliki kewajiban merantau. Kecintaan kaum laki-laki Orang Minang masa lampau untuk merantau tercermin dalam pepatah adat yang sangat legendaris, sebagai berikut.

karatau madang di hulu
babuah babungo balun
marantau bujang dahulu
di rumah baguno balun

 
keratau madang di hulu
berbuah berbunga belum
merantau bujang dahulu
di rumah berguna belum

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun