Tahap selanjutnya adalah observasi, di mana data yang terkumpul dianalisis untuk mengevaluasi efektivitas tindakan yang telah dilakukan dan mengukur pencapaian tujuan penelitian. Analisis data kuantitatif dilakukan dengan menghitung nilai mean (rata-rata) dari data angket dan tes (Sugiyono, 2017). Rumus mean yang digunakan adalah X = ∑X/N, di mana X adalah nilai rata-rata, ∑X adalah jumlah total nilai, dan N adalah jumlah responden atau data. Terakhir, dilakukan tahap refleksi, di mana kesimpulan ditarik berdasarkan hasil analisis data. Jika tujuan belum tercapai sepenuhnya, direncanakan tindakan perbaikan pada siklus berikutnya, mengulang kembali tahapan dari perencanaan.
Penelitian ini dilaksanakan di SDN Campurejo pada tahun ajaran 2024/2025 selama empat bulan pada semester 1. Subjek penelitian adalah seluruh siswa kelas 5 yang berjumlah 16 siswa. Penelitian ini melibatkan kolaborator, yaitu kepala sekolah, guru wali kelas, dosen pembimbing, dan orang tua siswa. Data dikumpulkan melalui teknik angket untuk mengukur tingkat kreativitas siswa dan persepsi guru terhadap PJBL, serta teknik tes untuk mengukur hasil belajar siswa. Kriteria keberhasilan tindakan adalah jika nilai rata-rata angket menunjukkan minimal 80% siswa memperoleh skor kreativitas di atas rata-rata dan jika nilai tes menunjukkan lebih dari 85% siswa mencapai KKM (75). Penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif dan kualitatif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Penelitian ini diawali dengan mengidentifikasi kondisi awal pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) materi “Manusia sebagai Khalifah” di kelas 5 SDN Campurejo. Pengumpulan data pra-siklus dilakukan melalui observasi dan analisis hasil ulangan harian siswa. Tujuan dari tahap ini adalah untuk memetakan tingkat pemahaman siswa sebelum penerapan model Project-Based Learning (PJBL). Hasil observasi menunjukkan bahwa metode pembelajaran yang digunakan cenderung konvensional, didominasi oleh ceramah, sehingga siswa cenderung pasif dan kurang termotivasi untuk berpikir kritis. Hal ini berdampak pada pemahaman materi yang kurang optimal.
Data hasil ulangan harian menunjukkan bahwa dari 16 siswa, hanya 4 siswa (25%) yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah, yaitu 75. Sementara itu, 12 siswa (75%) belum mencapai KKM. Rata-rata nilai kelas pada pra-siklus adalah 64. Data ini mengindikasikan bahwa pemahaman siswa terhadap materi “Manusia sebagai Khalifah” masih rendah dan memerlukan intervensi pembelajaran yang lebih efektif.
[Disini akan ditampilkan grafik batang yang menunjukkan 25% tuntas dan 75% belum tuntas. Sebagai contoh, Anda bisa menggunakan grafik batang sederhana dengan sumbu X "Ketuntasan" dan sumbu Y "Persentase Siswa". Dua batang akan ditampilkan, satu untuk "Tuntas" (25%) dan satu lagi untuk "Belum Tuntas" (75%).]
Siklus 1 dilaksanakan berdasarkan identifikasi masalah pada tahap pra-siklus. Tindakan yang dilakukan adalah penerapan model PJBL dalam pembelajaran materi “Manusia sebagai Khalifah”. Tahapan siklus 1 meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Pada tahap perencanaan, guru menyusun modul ajar berbasis PJBL, menyiapkan instrumen evaluasi (tes dan lembar observasi), dan merancang aktivitas pembelajaran.
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus 1 mengikuti sintaks PJBL, dimulai dengan pemberian pertanyaan mendasar, perancangan proyek, penyusunan jadwal, monitoring, pengujian hasil, dan evaluasi pengalaman belajar. Siswa dibagi ke dalam kelompok dan mengerjakan proyek yang relevan dengan materi. Guru berperan sebagai fasilitator dan membimbing siswa selama proses pengerjaan proyek.
Setelah pelaksanaan siklus 1, dilakukan evaluasi hasil belajar siswa melalui tes. Hasil evaluasi menunjukkan peningkatan dibandingkan pra-siklus. Sebanyak 9 siswa (56%) mencapai KKM, sementara 7 siswa (44%) masih belum tuntas. Rata-rata nilai kelas pada siklus 1 meningkat menjadi 72. Meskipun terjadi peningkatan, target ketuntasan 85% belum tercapai.
Siklus 2 dilaksanakan dengan fokus pada perbaikan yang telah dirumuskan pada tahap refleksi siklus 1. Guru memberikan penjelasan lebih mendalam tentang PJBL, memberikan motivasi yang lebih intensif, memberikan pendekatan yang lebih personal kepada siswa, dan memberikan waktu untuk refleksi di akhir pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran pada siklus 2 berjalan lebih lancar dan siswa terlihat lebih antusias dan aktif.