* Fokus Berlebihan pada Erdogan: Analisis terlalu terpusat pada peran individu tanpa membahas secara mendalam peran institusi lain atau opini publik.Â
* Kurangnya Penjabaran Empiris pada Neo-Ottomanisme: Meskipun ideologi ini disebut sebagai faktor penting, artikel kurang memberikan bukti konkret tentang bagaimana NeoOttomanisme diterapkan dalam kebijakan luar negeri Turki..Â
Analisi dan diskusi: Artikel ini memberikan analisis yang mendalam mengenai bagaimana kebijakan luar negeri Turki berfungsi dalam konteks yang lebih luas. Penulis berhasil menunjukkan bahwa kebijakan ambivalen tidak hanya mencerminkan ketegangan antara idealisme politik dan realitas pragmatis, tetapi juga menggambarkan dinamika internal yang kompleks dalam pemerintahan Erdogan. Penulis juga menyoroti bahwa meskipun Turki sering kali mengambil posisi kritis terhadap Israel di forum internasional, hubungan bilateral tetap terjalin melalui kerjasama di bidang ekonomi dan keamanan. Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan luar negeri Turki tidak selalu konsisten, tetapi lebih merupakan hasil dari pertimbangan pragmatis yang kompleks.Â
Kesimpulan: Artikel ini merupakan kontribusi yang berharga dalam studi hubungan internasional, khususnya terkait kebijakan luar negeri Turki. Penulis berhasil menjelaskan ambivalensi dalam hubungan Turki-Israel melalui pendekatan teoritis yang solid. Namun, beberapa kelemahan seperti keterbatasan data empiris dan fokus yang terlalu terpusat pada Erdoan perlu diperhatikan.Â
Secara keseluruhan, artikel ini memberikan wawasan yang mendalam mengenai ambivalensi kebijakan luar negeri Turki terhadap Israel. Dengan pendekatan yang sistematis dan analitis, penulis berhasil menunjukkan bagaimana berbagai faktor saling berinteraksi dalam membentuk kebijakan luar negeri yang kompleks. Artikel ini sangat relevan bagi akademisi dan praktisi yang tertarik pada studi hubungan internasional, khususnya dalam konteks Timur Tengah. Artikel ini juga direkomendasikan bagi pembaca yang tertarik pada studi hubungan internasional, politik Timur Tengah, dan ideologi Neo-Ottoman. Dengan analisis yang lebih mendalam dan penggunaan data empiris yang lebih kuat, artikel ini dapat menjadi rujukan yang lebih kokoh dalam kajian akademis.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI