Mohon tunggu...
Dara Tista
Dara Tista Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Analisis Ambivalensi Kebijakan Luar Negeri Turki Terhadap Israel

1 Februari 2025   21:40 Diperbarui: 1 Februari 2025   20:55 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

RIVIEW ARTIKEL 


Nama: Dara Tista 

Nim: 20240510116 

Prodi: Hubungan Internasional 

Kelas: C 

Judul: "Janus dari Yeieri: Analisis Ambivalensi Kebijakan Luar Negeri Turki terhadap Israel" 

Penulis: Yusuf Pribadi, Reni Windiyani, Marten Hanura, Muhammad Adnan

Sumber: Jurnal Islam dan Politik, Vol. 8, No 1, Juni 2024 

Pendahuluan: Artikel ini mengkaji fenomena ambivalensi dalam kebijakan luar negeri Turki terhadap Israel pada periode 2014--2018, yaitu masa kepemimpinan Presiden Recep Tayyip Erdogan. Dengan pendekatan teoretis realisme neoklasik dan groupthink, artikel ini berupaya menjelaskan mengapa Turki sering menunjukkan kebijakan luar negeri yang tampak kontradiktif. Meskipun retorika Erdogan terhadap Israel keras, termasuk kritik atas insideninsiden seperti serangan kapal Mavi Marmara dan konflik Palestina, hubungan ekonomi dan militer antara kedua negara tetap terjaga. Temuan dalam penelitian ini menunjukan bahwa ambivalensi politik luar negeri turki terhadap israel pada masa kepemimpinan presiden erdoyan ini dipengaruhi oleh aspek politik internasional sistemik dan dinamika politik lokal serta pandangan Neo-Ottoman dalam perumusan kepentingan nasionalnya.

Tujuan penelitian: Tujuan utama penelitian ini adalah untuk memecahkan teka-teki di balik dualitas hubungan tersebut, serta mengidentifikasi pengaruh faktor eksternal (geopolitik internasional) dan internal (dalam negeri) terhadap formulasi kebijakan Turki. Artikel ini juga menyoroti relevansi ideologi Neo-Ottoman yang memengaruhi pengambilan keputusan Erdogan dan Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP). 

Struktur dan pendekatan artikel: Artikel ini menggunakan metode eksplanatori kualitatif, yang didukung oleh wawancara dan kajian pustaka. Penulis menyusun analisis mereka dalam kerangka realisme neoklasik yang menggabungkan analisis sistemik (struktur internasional) dan domestik (dinamika internal) dalam menjelaskan kebijakan luar negeri. Selain itu, teori groupthink dipakai untuk menjelaskan bagaimana solidaritas kelompok dan kohesi elit politik di bawah Erdogan memengaruhi pengambilan keputusan, khususnya dalam lingkungan birokrasi yang terpusat. 

Metode penelitian: Penulis menggunakan metode eksplanatori-kualitatif yang melibatkan wawancara dan analisis literatur. Metode ini memungkinkan penulis untuk mendapatkan data primer dari para ahli dan mengkombinasikannya dengan data sekunder dari literatur yang relevan. Pendekatan ini memberikan pemahaman yang lebih dalam mengenai motivasi dan dinamika politik yang membentuk kebijakan luar negeri Turki. Penulis juga membahas teori realisme neoklasik sebagai pendekatan yang lebih fleksibel dibandingkan teori realisme klasik atau neorealisme, dengan fokus pada faktor-faktor nonmaterial seperti ideologi dan persepsi pemimpin 

Isi artikel: Kerangka teori: penulis menggunakan dua kerangka teori utama: 

* Realisme neoklasik: Teori ini menjelaskan bagaimana faktor sistemik (geopolitik internasional) dan domestik (dalam negeri) memengaruhi formulasi kebijakan luar negeri. Dalam konteks Turki, tekanan dari struktur anarki internasional dan dinamika politik domestik menjadi faktor utama yang membentuk kebijakan ambivalen terhadap Israel. 

* Groupthink: Kohesi dan solidaritas dalam kelompok pembuat kebijakan menjadi elemen penting dalam proses pengambilan keputusan. Dalam artikel ini, pola pikir kelompok di bawah kontrol Erdogan dianggap memengaruhi kebijakan luar negeri Turki, yang seringkali pragmatis namun tampak kontradiktif.

 Metodologi: Metode penelitian yang digunakan adalah eksplanatori kualitatif, yang mencakup wawancara dengan narasumber terkait dan analisis data sekunder dari berbagai jurnal serta literatur akademis. Namun, artikel ini tidak memberikan detail mendalam tentang narasumber atau hasil wawancara, sehingga menimbulkan keterbatasan pada sisi empirisnya. 

Faktor eksternal: penulis mrngidentifikasi beberapa faktor eksternal yang memengaruhi kebijakan turki; 

* Geopolitik timur tengah: Turki beroperasi dalam lingkungan geopolitik yang dinamis, terutama selama Arab Spring dan konflik di Suriah. Struktur anarki internasional memberikan tekanan pada Turki untuk menjaga stabilitas domestik dan keamanan nasional. 

* Hubungan dengan israel: Meskipun retorika politik Erdogan terhadap Israel keras, hubungan di sektor ekonomi dan keamanan tetap erat. Contohnya adalah kerja sama di bidang energi dan perdagangan, yang terus meningkat meskipun terjadi ketegangan diplomatik.

 Faktor internal: Faktor domestik yang dibahas meliputi; 

* Neo-Ottomanisme:Ideologi ini mengacu pada upaya Turki untuk memproyeksikan perannya sebagai kekuatan regional utama dengan menggabungkan nilai-nilai Islam dan warisan Kekaisaran Ottoman. Pandangan ini menjadi dasar kebijakan luar negeri AKP 

* Srtuktur kekuasaan terpusat: Erdogan memiliki kontrol yang kuat atas lingkaran pembuat kebijakan luar negeri, yang sebagian besar terdiri dari individu-individu yang loyal kepadanya. Hal ini menciptakan pola kebijakan yang sering kali pragmatis tetapi tidak konsisten. 

Hasil dan temuan: Artikel ini menemukan bahwa ambivalensi dalam kebijakan luar negeri Turki terhadap Israel disebabkan oleh; 

* Kebutuhan untuk menyeimbangkan kepentingan domestik dan internasional. 

* Tekanan dari struktur geopolitik yang anarkis di Timur Tengah. 

* Pragmatism Turki dalam menjaga hubungan ekonomi dan keamanan dengan Israel meskipun ada perbedaan ideologis. 

Penulis juga mencatat bahwa retorika politik pro-Palestina digunakan untuk memperoleh dukungan dari basis pemilih domestik, sementara kerja sama pragmatis dengan Israel tetap dipertahankan demi kepentingan strategis. 

Kelebihan artikel: 

* Pendekatan Teoritis yang Komprehensif: Penulis berhasil mengintegrasikan teori realisme neoklasik dan groupthink untuk memberikan analisis yang holistik. 

* Relevansi dengan Isu Kontemporer: Artikel ini relevan bagi pembaca yang ingin memahami peran Turki di Timur Tengah, terutama dalam konteks hubungan bilateral dengan Israel. 

* Kontekstualisasi Historis yang Kuat: Penulis memberikan latar belakang sejarah dan politik yang mendalam, seperti insiden Mavi Marmara dan Arab Spring, yang memperkaya analisis. 

Kekurangan artikel: 

* Keterbatasan Data Empiris: Artikel ini tidak menjelaskan secara rinci hasil wawancara atau sumber primer lainnya, yang dapat mengurangi validitas argumen. 

* Fokus Berlebihan pada Erdogan: Analisis terlalu terpusat pada peran individu tanpa membahas secara mendalam peran institusi lain atau opini publik. 

* Kurangnya Penjabaran Empiris pada Neo-Ottomanisme: Meskipun ideologi ini disebut sebagai faktor penting, artikel kurang memberikan bukti konkret tentang bagaimana NeoOttomanisme diterapkan dalam kebijakan luar negeri Turki.. 

Analisi dan diskusi: Artikel ini memberikan analisis yang mendalam mengenai bagaimana kebijakan luar negeri Turki berfungsi dalam konteks yang lebih luas. Penulis berhasil menunjukkan bahwa kebijakan ambivalen tidak hanya mencerminkan ketegangan antara idealisme politik dan realitas pragmatis, tetapi juga menggambarkan dinamika internal yang kompleks dalam pemerintahan Erdogan. Penulis juga menyoroti bahwa meskipun Turki sering kali mengambil posisi kritis terhadap Israel di forum internasional, hubungan bilateral tetap terjalin melalui kerjasama di bidang ekonomi dan keamanan. Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan luar negeri Turki tidak selalu konsisten, tetapi lebih merupakan hasil dari pertimbangan pragmatis yang kompleks. 

Kesimpulan: Artikel ini merupakan kontribusi yang berharga dalam studi hubungan internasional, khususnya terkait kebijakan luar negeri Turki. Penulis berhasil menjelaskan ambivalensi dalam hubungan Turki-Israel melalui pendekatan teoritis yang solid. Namun, beberapa kelemahan seperti keterbatasan data empiris dan fokus yang terlalu terpusat pada Erdoan perlu diperhatikan. 

Secara keseluruhan, artikel ini memberikan wawasan yang mendalam mengenai ambivalensi kebijakan luar negeri Turki terhadap Israel. Dengan pendekatan yang sistematis dan analitis, penulis berhasil menunjukkan bagaimana berbagai faktor saling berinteraksi dalam membentuk kebijakan luar negeri yang kompleks. Artikel ini sangat relevan bagi akademisi dan praktisi yang tertarik pada studi hubungan internasional, khususnya dalam konteks Timur Tengah. Artikel ini juga direkomendasikan bagi pembaca yang tertarik pada studi hubungan internasional, politik Timur Tengah, dan ideologi Neo-Ottoman. Dengan analisis yang lebih mendalam dan penggunaan data empiris yang lebih kuat, artikel ini dapat menjadi rujukan yang lebih kokoh dalam kajian akademis.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun