Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Locavore antara Titipan Leluhur dan Pertanian Berkelanjutan

5 Januari 2025   10:22 Diperbarui: 5 Januari 2025   10:22 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hidangan makanan lokal di sbeuah rumah makan di kawasan Ciumbuleuit. Foto: Irvan Sjafari

Ekonom pertanian Universitas Katholik de Louvain Belgia Laura Enthoven membenarkan memang semakin jauh perjalanan membawa makanan maka semakin banyak menghabiskan bahan bakar fosil yang akhrnya memproduksi banyak  emisi karbon.

Terlebih jika, makanan tersebut harus diangkut oleh pesawat terbang yang menghasilkan emisi karbon lima puluh kali lebih banyak dibanding jika diangkut dengan kapal.

Namun emisi karbon  bukan hanya soal pengangkutan, tetapi juga ketika tanaman itu dipupuk dengan cara apa termasuk penggunaan pestisida, hewan yang dibawa ke padang rumput atau dikurung hingga sisa makanan di tempat sampah.

Pada 2018, tim peneliti dari Inggris dan Swiss menemukan bahwa hanya 1% hingga 9% emisi pangan berasal dari pengemasan, pengangkutan, dan penjualan eceran. Ternyata sebagian besar emisi gas rumah kaca, yaitu 61 persen justru terjadi selama produksi di pertanian.

Baca: Is Eating Local Produce Actuallu Better for the Planet? 

Kritik juga diajukan Guru Besar Geografi dan Geosains di Universitas Texas Timothy Beach mencontohkan Amerika Serikat sebagai produsen pertanian tertinggi di dunia, namun tidak berkelanjutan karena ketergantungannya pada bahan bakar fosil terutama pada peralatan pertanian. Pupuk yang digunakan juga menghabiskan sejumlah energi.

Baca:  National Geographic 

Tetapi bukankah nenek moyang manusia bisa membuat pertanian secara alami misalnya pupuk organik? Bukankah pupuk organik bisa dibuat dari sisa sampah makanan?  Di Kota Bandung program Kang Pisman dan Buruan Sae sudah membuktikan hal itu, sekalipun dalam skala masif?  

Jadi sumber makanan lokal bisa juga urban farming yang lebih dekat dengan konsumen di perkotaan, selain dari lokasi pertanian terdekat. Masih ditunggu hadirnya kendaraan yang menggunakan energi terbarukan, namun bagaimana pun juga gerakan ke makanan lokal adalah sebuah solusi yang bisa dijalankan.

Irvan Sjafari

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun