"Saya selalu berpikir mencari cara bagaimana memajukan bangsa. Salah satu kuncinya kita harus hemat devisa. Yang paling gampang dihemat adalah import pangan! Prinsipnya kalau hanya untuk makan tak usah import. Berdayakan petani lokal dan perbaiki kualitas tanah," ujar pria alumni Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran ini ketika saya hubungi 3 Januari 2025.
Jadi Locavore memiliki dua fungsi yaitu kepedulian terhadap lingkungan sekaligus petani lokal. Jadi untuk apa mencicipi salmon dari Norwegia tahu kaviar dari Rusia yang begitu mahal sementara petani di Indonesia masih harus berjuang keras untuk bisa sejahtera.
Syarif meyakini Locavore Indonesia menjalankan titipan karuhun atau warisan lelehur, sekaligus menghargai alam dan budaya Indonesia. Â Jika gerakan Locavore dijalankan maka ketergantungan terhadap impor pangan akan berkurang atau bahkan tidak sama sekali.
"Import pangan membuat kualitas tanah kita tidak terurus kesuburannya karena kita tdk lagi mengolah tanah. Jumlah petani kita makin sedikit karena kita cukup melakukan import saja untul setiap kebutuhan sayuran, buah, daging bahkan beras," ungkap pria kelahiran Tasikmalaya, 12 Juni 1963.
Dia mencatat locavore itu tidak harus makan makanan khas lokal. Kita masih bisa makan makanan Jepang, Italy, Korea, China, Timur Tengah  dan sebagainya. Tapi bahan bakunya, daging, sayuran, buah, bumbu, ikan semua diambil dari petani lokal yang jaraknya paling jauh 100-150 km.
Gerakan Locavore dan Emisi KarbonÂ
Sejumlah referensi menyebutkan isilah locavore pertama kali diperkenalkan pada Juni 2005 di San Francisco.  Ketika itu untuk merarakan hari lingkungan hidup dunia  empat perempuan dari  Bay Area,  Jen Maiser, Jessica Prentice, Sage Van Wing, dan Dede Sampson  mengajak warga untuk mengonsumsi maknan lokal  yang diproduksi sejah 160 kilometer dari rumah mereka.
Komunitas ini mengkampanyekan konsumsi makanan lokal yang dinilai lebih sehat dan bergizi dibanding makanan kemasan yang dikirim dari belahan dunia lain sekaligus memberikan dukungan terhadap pertanian berkelanjutan.
Pendukung gerakan ini percaya jika masyarakat atau pelaku bisnis membeli produk pertanian lokal langsung dari sumbernya maka akan menghilangkan perantara dan pengiriman yang tidak perlu dan akhirnya mengurangi  dampak lingungan.Â
Baca: Baca: What's It locavore  dan National Geographic Â
Hanya saja serangkaian penelitian mengungkapkan bahwa konsumsi makanan lokal mungkin tidak akan berdampak besar pada lingkungan, jika cara bertaninya tidak berkelanjutan.