"Sore ini di Elita, kami beli tiga tiket. Nggak apa ya tidak mengajak Uda Syafri," ujar Medina. "Kebetulan aku baru dapat uang dari jualan baju kurung untuk orang-orang Minang di Jakarta!"
"Ihh hebat!" puji  Widy. "Bisa, bisa,  kita naik sepeda saja ya? Sepeda aku, sepeda Kang Syafri dan pinjam sepeda bapak aku," kata Widy.
Ibu Widy membawa tiga gelas teh manis dan tiga mangkuk serabi hangat. "Ini yang bikin heboh di Kepulauan Seribu dan Ibu dengar berkelahi di Jakarta?"
"Haah, Ibu dengar dari siapa?" tanya Widy. "Kang Syafri ngadu ya?"
"Kalau soal Pulau Seribu sih dari Kang Herland, kalau soal berkelahi, bapak telepon bapaknya Syafri. Tadinya dia mau marah, tetapi Ibu bilang, nggak apa-apa ada Kang Syafri."
Ketiganya tertawa terbahak lalu menyantap kue serabi. Ibunya duduk di samping Widy. "Kalian menginap di mana?"
"Sewa losmen murah Bu, dekat stasiun. Kami mau beri surprise, yang bayarin Medina," kata Norma.
Mendengar ramai-ramai Kinan keluar kamar. Dia baru pulang sekolah. Â Lalu dia duduk di samping ibunya sisi satu lagi. "Ikut!!"
"Nggak!" Kata Widy. "Bukan film anal-anak!"
Mulanya Kinan menunjukkan wajah meregut. Tetapi dia tampaknya mendapat ide. "Tapi Sabtu nanti Kinan boleh pinjam Om Syafri jalan-jalan  keliling Bandung ya!!"
Widy mengangguk." Iya, iya, Iya, boleh!" Mulutnya mencibir. Tetapi kemudian tersenyum.