"Libur kan kerja di toko? Bisa bantu nggak melacak hilangnya Vitamin C di apotek-apotek, kita kekerungan tenaga untuk memantau," terdengar suara seniornya tampaknya sudah serak.
"Bisa," jawab Syafri. "Apa yang terjadi? Mengapa vitamin C hilang? Â Memangnya segawat apa sih?"
"Bung nggak tahu, ya? Ada wabah influenza? Kabar yang beredar sejumlah pelajar sekolah rakyat tidak masuk sekolah."
"Waduh! Aku kan sibuk mengurus bisnis sayuran. Tapi prinsipnya bisa. Siap!"
"Oh, iya selamat ulang tahun kawan.  Ada sedikit  honor plus hadiah untuk anjeun di kantor sore nanti."
Syafri lalu kembali ke meja makan. "Aku diminta meliput, vitamin C hilang di Kota Bandung. Katanya ada wabah influenza di Bandung."
"Aaah!! Pantas saja  tiga teman sekelas Kinan tidak masuk sekolah."
"Kang Syafri, kalau ada beli ya buat persedian di  rumah," pinta Widy.
Syafri mengangguk. Dia pun ke kamar mandi. Â Kemudian memakai kemeja dan celana parasutnya.
Braga-Pasir Kaliki, Bandung, 26 Mei 1957
 Dia pun kemudian sudah menaiki   sepeda motor Rikuo Type 97. Pukul sembilan pagi, sebagian apotek sudah buka. Sasaran utama Kimia Farma di Braga.  Ternyata benar vitamin C banyak diborong,  tetapi apotek itu mendapat stok baru.  Dia pun membeli sebotol untuk di rumah.