Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bertemu Mahluk Dunia Lain

9 Agustus 2024   23:04 Diperbarui: 9 Agustus 2024   23:10 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Mengapa anjeun tidak cerita?"

"Aku baru tahu kalau ternyata ayah kakak punya benda itu, kan?"

"Temani aku ke wilayah hutan bambu itu, Wulan!"  ajak aku.

Wulan mengangguk. Kami memakai celana hitam dan baju hitam, serta ikat kepala  lengkap dengan kalung berisi jimat kalau ada mahluk yang menganggu kami jika di hutan pemberian tetua di sini bagi mereka yang kerja di hutan.

Masih tengah hari ketika kami memasuki hutan dan berarti bisa pulang sore sesuai aturan kerajaan.  Butuh satu jam untuk sampai ke rumpun bambu dan dua pohon besar itu.

 Tetapi kami berdua harus mengendap-endap di belakang pepohonan karena melihat dua pengawal kerajaan membawa mayat seorang rakyat dan seekor kancil peliharaan kami dari belakang dua gerbang itu.  Mereka bawa obor? Kok terang membawa obor? Kami ingin tahu ada apa ini?

"Mengapa Prabu tidak memerintahkan kita bertempur dengan  mahluk jahat yang ada di seberang?" terdengar percakapan seorang pengawal.       

"Iya, mereka sudah merusak hutan milik kita dan membunuh warga kita. Apa tidak keterlaluan?"

"Iya, tetapi Prabu mendengarkan orang asing itu. Kata dia jika banyak mahluk yang celaka,akan makin banyak mahluk jahat datang. Akhirnya malah  merusak negeri kita.  Orang asing itu  hanya membenarkan kalau keterlaluan bawa saja mahluk yang merusak untuk jadi budak di ladang!"

Para pengawal membawa mayat anak kecil dan kancil.  Aku dan Wulan nyaris menjerit.  Badannya berdarah, seperti diserang sesuatu. Menakutkan. Tetapi rasa ingin tahu kami lebih kuat dan kami mendengar suara-suara aneh.

"Ayo kita lewati dua pohon besar berbentuk gerbang itu!" ajak aku pada Wulan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun