Setelah makan dan salat zuhur, Widy mengajak Syafri berkeliling  pulau bersama , berdua.  Mereka hanya mengenakan celana pendek dan sandal.  Teman-teman mereka mengerti.  Azrul dan Norma berkeliling ke bagian lain. Jilly  berjalan bersama Medina juga ke bagian lain.Â
"Ketiga anak badung itu tidak berkutik di sini," kata Syafri.
"Nggak lah Kang, ini bukan medan mereka, jagoan Kota," timpal Widy.
 Mereka berdua di bawah sebuah pondok tak terpakai ketika hujan turun lagi. Anugerah bagi pulau ini.  Tetapi justru membuatnya mengantuk dan tertidur sehabis perut kenyang dan lelah. Keluhan Syafri terbayar sudah, Widy memeluknya dengan bahagia seperti beterima kasih.Â
Dia Cuma tak habis pikir, mengapa Widy menyelimuti tubuh mereka dengan daun kelapa kering hingga akhir menutup mereka  yang tidur di balai kayu di alas kain. Â
Belakangan dia tahu ketika terbangun, Widy menyelamatkan mereka ketika sejumlah laki-laki menggunakan golok  melewati pondok itu tanpa menganggu.  Dia melihat ketika laki-laki yang berjalan paling belakang berjalan sudah lima ratus meter menuju kampung.
"Bajak laut!" Syafri berbisik pada Widy sambl membangunkan.
"Sudah tahu, Jilly dan Norma juga sudah tahu. Makanya Jilly mengamankan Medina. Cuma kami tidak mau mencemaskan Abang-abang!"
Syafri terperanjat. Â "Lah, ketiga anak badung itu?"
"Jilly ingin memberi pelajaran pada mereka apa yang disebut jagoan!"
Sementara di kampung, penduduk desa dikejutkan oleh enam bajak laut bersenjata parang dan dua bersenjata senapan lantak meminta hasil ikan.