Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Gemini Syndrome: Episode Apel di Kota Batu

31 Mei 2024   23:57 Diperbarui: 1 Juni 2024   00:17 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hans mengangguk. Dia  tetap memenuhi peraturan di pos jaga.   Militer memakluminya. "Aku melihat kamu kawan sama anak dan istrimu. Aku bisa melihat kalian dan penduduk desa bergembira dengan damai. Maafkan kami lalai menjaga kalian Wahai Anak Negeri!

Hans melihat laki-laki dan perempuan ayu melambai bersama anak mereka.  Dia pun melambai. "Selamat tinggal kawan!"

Serdadu Belanda itu geleng-geleng kepala karena mereka tidak melihat apa-apa. "Meneer Hans menganggap inlander itu bagai saudaranya. Kasihan!"

Stasiun Malang, 11 September 2023

Aku bertemu Doddie, seorang aktivis lingkungan sebelum meninggalkan Batu. Aku memujinya kotanya bersih setelah penutupan TPA Tlekung. Dia hanya tertawa. "Jenengan nggak tahu bagaimana orang Batu menyelesaikan masalah sampah."

Dia mentraktir aku makan soto dan mengantarkan aku ke halte untuk dapat bus langsung ke Malang.

Aku tiba di stasiun menjelang tengah hari. Setelah mengambil gambar dan membuat status WA aku segera memasuki stasiun untuk naik kereta Jayabaya menuju Jakarta.  Di ruang tunggu, tampak Siwi dan temannya duduk di sebelah aku.

"Bagaimana Abang sudah menyelesaikan misi?" katanya.

Dia  mulai terbiasa memanggil aku Abang tidak Bapak lagi seperti waktu pertama kenal di Malang.

Aku tertawa. "Kalian dikirim oleh Teteh "R" ya mengintai aku?"

Siwi mengangguk. "Kebetulan kami  ke Malang. Dia teman ibu aku. Naluri Abang tajam. Aku dan temanku juga ke Coban Kaca, bahkan sampai ke Coban Rais. Takut kalau Abang galau melewati daerah curam itu. Tetapi setelah naik ojek dan tidak jalan kaki, kami lega. Misi kami selesai."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun