Pertumbuhan eceng gondok yang tidak terkendali akan menyebabkan ekosistem sungai menjadi tidak sehat. Keberadaannya di permukaan air, menghalangi sinar matahari yang masuk ke perairan. Akibatnya fitoplankton gagal melakukan fotosintesis.
Padahal proses fotosintesis fitoplankton tersebut yang menjamin pasokan oksigen diperairan tercukupi. Akibatnya disolved oksigen (DO) jadi rendah, sehingga biota perairan seperti ikan akan kekurangan oksigen.
Pas kejadian di Bojonegoro kemarin, kami sempat mengukur DO perairan. Waktu itu nilainya ada di range 0,4-0,8. padahal Bengawan Solo itu sumber Air Baku bagi 9 PDAM di wilayah hilir (Bojonegoro, Lamongan, Gersik). Kalau air baku kan minimal DO-nya seharusnya 6.  Jadi nilai DO pada saat terjadi kasus blooming eceng gondok di Bojonegoro waktu itu  jauh di bawah nilai standar baku mutu.
Â
Apa yang harus dilakukan?
Paran Komunitas Peduli Sungai (KPS) menjadi penting. Â Masyarakat yang tinggal di aliran sungai bengawan solo harus membentuk KPS di setiap segmen, untuk membantu monitoring kondis sungai. selain itu sumber pencemar bahan organik juga harus dikendalikan. caranya, salah satunya melalui edukasi bagi masyarakat yang tinggal di sekitas sungai untuk tidak membuang smpah ke sungai. begitu juga dengan industri, harus diawasi dan ditindak tegas bagi yang membuang limbahnya ke Sungai Bengawan Solo
Irvan Sjafari
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI