Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Dua Pendatang Misterius Epilog

11 Maret 2024   23:49 Diperbarui: 11 Maret 2024   23:50 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di tengah Kota Bandung planet kami ada danau di tengah kota yang disebut Situ Aksan. Itu pengganti lapangan terbang yang dibuat kecil hanya sekadar ada. 

Menurut buku yang saya baca di perpustakaan dulu Bandung di planet asal ayah dan ibuku pernah ada danau dengan nama itu namun kemudian mengering. Aku dan teman-teman sering mandi di danau itu.  Bahkan air tertelan pun tidak berakibat apa-apa.  Tetapi ayah dan ibu bersama dua adik kami yang lain lebih suka berperahu.

Kalau ingin jajan, bisa makan di rumah makan kami suka. Ada warung Sunda, Resto Jepang, Resto Padang hingga fast food.   Selalu ada yang melayani, walaupun sebagian adalah para hiyang yang menyamar. Sebagian lagi manusia yang diminta bekerja.

Bagaimana nilai tukarnya? Uang ada. Tetapi dari mananya itu yang tidak kami tahu. Itu agar manusia di Bandung, Planet ini  generasi pertama merasa hidupnya normal.

 Oh, iya  namaku Adinda Sundari Rivai, siswa kelas III SMA Negeri di kawasan Cihampelas seperti Kakakku Ananda Sundari Rivai.  Kami memang anak kembar dari pasangan Rivai dan Sundari.

Para Hiyang menyuruh kami sekolah dengan materi yang kami suka. Pokoknya belajar. Aku menyukai biologi dan sejarah yang dulu mata pelajaran favorit ayahku.  Sementara kakakku menyukai Bahasa Indonesia dan pelajaran jurnalistik.

Kami bisa menonton film di bioskop sepulang sekolah atau bermain di Babakan Siliwangi atau alun-alun yang indah.  Jalan-jalan di BIP, Cihampelas Walk, atau Taman Hutan Raya.  Tidak ada sampah di jalanan, karena kami makan tanpa sisa. Para hiyang tahu takaran makan kami masing-masing jika makan di restoran atau di rumah. Jadi tidak ada sampah organic maupun sampah plastik? Buat apa plastik? Bungkus baju ambil dari butik atau factory outlet tinggal masukan tas, tentunya basa-basi dulu dengan yang punya toko.

Hujan? Oh, ada sekadar ada. Fungsinya buat menyegarkan. Itu hasil rekayasa. Tidak akan banjir. Hujannya juga bersih.  Ada kabut pagi-pagi.

Kami nggak perlu minuman botol, cukup tumbler yang sudah ada tinggal pilih minuman mana dan ada yang melayani, kalau bukan manusia yang bertugas tentu hiyang menyamar.

Walaupun film yang diputar adalah film-film lama yang sempat dilarikan para hiyang untuk hiburan para manusia di tempat yang sebetulnya seperti konservasi.  Itu saya simpulkan setelah saya baca sejumlah buku.

Sama seperti petugas suaka margasatwa di Bumi yang aku baca berusaha bersahabat dengan binatang. Bedanya Hiyang bisa membaca pikirn kami dan tahu keinginan kami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun