Pada Juli 1934 dalam pertemuan pengurus dengan Wali Kota Bandung JM Wesselink direncanakan pembangunan"surga monyet" hingga restoran dengan pinjaman dari komunitas Bandoeng Vooruit sebesar 1.500 gulden.  Namun "Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie"  31 Juli 1934 menyebutkan  baru akan dipertimbangkan kembali segera setelah anggota dewan, Dr. Jacobson, dari Eropa, telah kembali.
 Surat kabar itu mengarakan  eskpansi  kebun binatang dengan membeli  hak kepemilikan penduduk asli atas sebidang tanah yang berdekatan.Tidak terlalu jelas berapa luasnya.Â
 Neraca pada akhir Desember 1934 menurut Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie 30 Maret 1935menunjukkan total saldo 2,418.61, akun laba rugi total 12,887.56, dan kontribusi yang diterima sebesar 4,276 pada tahun lalu.Â
Jumlah pengunjungnya  sekitar  80.000 dalam setahun terakhir. Berdasarkan anggaran dasar, dua pertiga dari jumlah anggota dewan harus mengundurkan diri, namun mereka semua yang mencalonkan diri untuk dipilih kembali, dipilih kembali secara bersama-sama.
 De Locomotief 20 Januari 1936 menyebutka empat ekor harimau raja lahir di Taman Zoologi Bandung dan terlebih lagi, mereka masih hidu. Seringkali, hewan muda dibunuh di penangkaran oleh induknya.  Harian itu mengatakan induk dan anak-anaknya dalam kondisi cantik. Hewan mudanya sudah sebesar kucing rumahan yang setengah dewasa.
 Pada 1942, Jepang mendarat dan melakukan pendudukan, banyak orang Belanda (termasuk Hoogland) ditahan pihak Jepang, dan berada di tempat penampungan inteniran. Saat kemerdekaan dicapai bangsa ini pada 17 Agustus 1945, kelompok interniran (termasuk Hogland) Kembali ke negaranya (Belanda).
Kebun Binatang diurus oleh sekelompok kaum pribumi, satu di antaranya R. Ema Bratakoesoema, dalam kondisi keterbatasan biaya tentunya. Â Saat chaos, jangankan memikirkan binatang, manusiapun dalam kondisi darurat pangan, sandang dan papan.
Rentang waktu 1945-1950. Satwa penghuni Kebun Binatang semakin tidak terurus dan memprihatinkan. Karena Indonesia saat itu dalam keadaan mempertahankan kemerdekaan dan menghadapi Agresi Militer I dan II dari pihak Belanda.
1950-an hingga 1960-an
Tulisan di situs Komunitas Aleut menyebutkan pada 1950,  Kebun Binatang  Bandung hanya memiliki 101 spesies hewan. Keseluruhannya waktu itu masih dalam keadaan baik.