Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Kado Buruk Awal 2024, Gelombang Panas Landa Australia

1 Januari 2024   21:53 Diperbarui: 1 Januari 2024   21:58 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gelombang panas di pergantian 20023 ke 2024 bukan hanya soal perubahan iklim dan El Nino, tetapi juga terkait kebijakan pemerintah Australia sendiri. 

Australia bagian utara mengawali 2024 dengan panas ekstrem yang suhunya  menebus 40 derajat Celcius.

Otoritas di Queensland, Northern Territory dan Australia Barat mengeluarkan pemberlakukan  peringatan gelombang panas.

Pada awal Desember, peringatan gelombang panas melanda wilayah di setiap negara bagian dan teritori, kecuali Tasmania.

Seluruh Australia memang memasuki musim panas pada Desember 2023.

Alat pengukur panas  di Marble Bar, sebuah kota kecil di Australia Barat dalam beberapa hari terakhir, termometer di RSL  menunjukkan suhu 51 Celcius.

Marble Marble sebuah kota  kecil di Australia Barat, yang disebut sebagai kota terpanas di Austarlia

Pekerja pembangunan jalan setempat, Raecheal Kinzett, mengatakan  cuacanya "sangat panas" dan kota terpencil itu menderita. 

"Di sini agak sepi. Tidak ada yang mau keluar,'' katanya kepada AAP yang dilansir Sheppnews.

 Suhu panas juga berimbas pada  kawasan pedalaman Sydney bagian barat, yang suhunya mencapai 10 derajat  Celcius lebih tinggi dibanding pinggiran kota di tepi pantai.

Keluarga Sanaa Shah di antara populasi wilayah itu yang terdampak.

"Kami tidak punya pantai terdekat untuk dikunjungi. Kami tidak bisa menghindari panas di sini," kata pria berusia 20 tahun itu seperti dikutip dari BBC.  

Hari-hari dengan panas terik membuat keluarga ini  "terkunci di dalam ruangan" karena migrain yang melumpuhkan dan memicu mimisan parah pada adik perempuannya.

Hal ini disebabkan oleh kondisi geografisnya, kurangnya ruang hijau, dan banyaknya permukaan yang memerangkap panas.

Wilayah tersebut -- Sydney bagian barat -- memiliki salah satu populasi perkotaan dengan pertumbuhan tercepat di negara ini, serta tingkat kemiskinan yang meningkat.

Dan data cuaca menunjukkan bahwa satu dari setiap 10 hari musim panas di sana sudah melebihi 35 Celcius.

Gelombang Panas: Pembunuh Diam-diam

Sejak awal Desember 2023, Dewan lokal di Sydney mendirikan tempat perlindungan panas untuk membantu warga menghindari kondisi yang buruk.

Pada waktu itu suhu di kota terbesar di Australia sudah melebihi 40 derajat Celcius.

"Di Sydney Barat, suhu khususnya dalam 10, 20 tahun terakhir telah meningkat secara substansial," kata Tony Bleasdale, Wali Kota Blacktown, yang terletak di pinggiran barat Sydney kepada VOA. 

Bagi warga Australia, panas ekstrem adalah  "pembunuh diam-diam".

Panas ekstrem  lebih mematikan dibandingkan gabungan semua bencana alam lainnya, namun tidak meninggalkan petunjuk visual mengenai skala kehancurannya.

Namun dampaknya tidak dirasakan secara merata, dengan lebih dari 60% kematian terjadi di komunitas kurang mampu seperti yang dialami Shah, menurut sebuah perusahaan pemodelan iklim.

Kini, para ahli mengatakan bahwa tanpa campur tangan pemerintah, "ketimpangan sosial" akan memainkan peran penting dalam menentukan siapa yang dapat bertahan hidup di tengah suhu yang semakin terik di Australia.

Australia mendefinisikan gelombang panas sebagai tiga hari atau lebih berturut-turut dengan suhu siang dan malam yang luar biasa tinggi.

Di tengah kondisi yang lebih panas itulah tubuh kesulitan untuk mendinginkan diri, sehingga memicu berbagai penyakit.

Risiko berat ialah merusak organ jika tidak ditangani.

Orang lanjut usia, penyandang disabilitas, atau memiliki masalah kesehatan merupakan kelompok yang paling berisiko terkena penyakit ini.

Namun siapa pun yang tidak mencari kondisi yang lebih sejuk dapat menghadapi konsekuensi yang mematikan.

Menurut data resmi, cuaca panas merenggut hampir 300 nyawa warga Australia dan menyebabkan 7.000 orang harus dirawat di rumah sakit dalam satu dekade terakhir.

Namun penelitian yang dilakukan oleh Australian National University mengungkapkan  jumlah sebenarnya tidak dilaporkan.

Pasalnya  sertifikat kematian hanya mencatat informasi tertentu.

Penelitian tersebut menemukan bahwa panas telah menyebabkan 36.000 kematian di Australia antara 2006 dan 2017.

Pulau Panas Perkotaan 

Bahaya terbesar terjadi di tempat yang oleh para ilmuwan disebut sebagai "pulau panas perkotaan".

Yang dimaksud "pulau panas perkotaan" adalah area terbangun yang dilapisi material yang memperkuat panas, seperti beton, aspal.

Kondisi ini masih ditambah dengan deretan rumah beratap gelap yang menarik sinar matahari dan meningkatkan suhu rumah.

Sydney Barat -- tempat tinggal 2,5 juta warga Australia -- adalah contoh utama.

Posisinya yang berada di kaki bukit Blue Mountains Sydney melindunginya dari angin pantai yang sejuk

Banyak penduduk yang tinggal di bangunan dengan isolasi yang tidak memadai dan merasakan tekanan biaya hidup.

Nona  Shah mengatakan musim panas bisa menjadi "isolasi", karena banyak orang di komunitasnya terpaksa "berlindung di dalam rumah" atau terkurung di AC.

Kini, saat ia mempelajari dampak perubahan iklim di universitas, Shah mempertanyakan mengapa pinggiran kota tempat tinggalnya tampaknya dibangun untuk "melawan lingkungan setempat".

"Kami memiliki banyak rumah padat di sini dengan atap gelap yang dibangun dengan cepat dan murah dengan isolasi yang buruk.  Jika Anda berkendara, Anda tidak akan melihat pepohonan atau ruang hijau," papar dia.

Dia tidak sendirian khawatir.

Hampir 50% penduduk yang ditanyai dalam survei terbesar di Australia mengenai dampak gelombang panas terhadap kesehatan merasa bahwa pinggiran kota mereka dibangun dengan cara yang meningkatkan panas.

Pemerintah negara bagian dan lokal di seluruh negeri berinvestasi dalam proyek revegetasi untuk menyediakan lebih banyak tutupan hijau perkotaan.

Di Melbourne, dua "chief heat officer" bahkan telah ditunjuk untuk mencari cara agar kota tersebut lebih tahan terhadap cuaca.

Perubahan Kebijakan

Namun Emma Bacon, pendiri Sweltering Cities, berpendapat bahwa kemajuan yang berarti memerlukan perubahan kebijakan yang lebih besar.

Dia ingin undang-undang konstruksi federal diperbarui untuk memastikan bahwa data iklim terkini menjadi masukan bagi pembangunan.

Masukan ini berupa peninjauan rencana darurat gelombang panas di setiap negara bagian dan larangan atap berwarna gelap secara nasional.

Tahun lalu, New South Wales mencoba menerapkan persyaratan agar atap berwarna lebih terang digunakan di semua rumah baru guna meningkatkan efisiensi energi.

Namun, kebijakan tersebut dibatalkan di tengah kekhawatiran dari pengembang properti bahwa perubahan.

Pengembang khawatir kebijakan ini  akan mempersulit penyediaan perumahan yang terjangkau di salah satu pasar termahal secara global.

Bagi Bacon, ini adalah satu lagi contoh yang "picik" mengenai kegagalan anggota parlemen dalam menanggapi bahaya panas dengan serius.

"Cara kita merencanakan kota saat ini menentukan berapa banyak orang yang meninggal akibat gelombang panas di masa depan," ujar Bacon mengingatkan.

Bacon menyatakan keselamatan warga  dalam suhu ekstrem tergantung pada sumber daya Anda dan seperti apa rumah dan tempat kerja Anda.

Ada juga kritik terhadap ketergantungan Australia pada batu bara dan gas untuk menopang jaringan listrik dan perekonomiannya.

Sejak menjabat tahun lalu, Perdana Menteri Anthony Albanese telah berjanji untuk mengurangi emisi karbon lebih cepat dibandingkan pendahulunya.

Sayangnya pemerintahannya juga telah menyetujui beberapa tambang batu bara baru.

Peneliti Dewan Iklim Simon Bradshawa menyatakan memang ada  pembicaraan yang lebih jujur mengenai perubahan iklim dibandingkan beberapa tahun yang lalu.

"Namun  juga membuka diri terhadap pengembangan bahan bakar fosil dan benar-benar menambahkan bahan bakar ke dalam api," kata Bradshaw.

Jalan satu-satunya ucap Bradshaw Australia "menghentikan penggunaan batu bara, minyak, dan gas" pada dekade ini.

Kalau tidak akan lebih banyak orang yang akan terkena panas mematikan dalam waktu dekat.

"Panasnya akan terus meningkat, namun setiap ton karbon yang kita tinggalkan di dalam tanah akan mengurangi parahnya gelombang panas di masa depan," pungkasnya.

Mulai dari Rumah

Ahli lainnya, Ollie Jay dari Universitas Sydney  mengatakan  pengurangan karbon harus dilakukan di tingkat rumah tangga juga.

Harus ada edukasi  kepada masyarakat cara berbeda untuk menghadapi hari-hari yang gerah, daripada langsung beralih ke AC.

"Kita tidak bisa terus terjebak dalam lingkaran setan ini, dimana kita merespons cuaca panas dengan penggunaan AC secara massal, yang berbahan bakar listrik yang sebagian besar dihasilkan oleh pembangkit listrik berbahan bakar fosil," jelas Jay.

Cara yang paling efektif adalah dengan menggunakan kipas angin untuk fokus menurunkan suhu tubuh dibandingkan lingkungan rumah yang lebih luas.

Berikutnya ialah membasahi kulit atau membenamkan kaki ke dalam ember berisi air, atau memasukkan es ke dalam handuk dan meletakkannya di belakang leher.

Ini adalah metode yang didukung ilmu pengetahuan dan dapat menimbulkan dampak karbon yang besar.

Namun yang terpenting, alat-alat tersebut terjangkau dan praktis.

Jangan sampai orang meninggal akibat gelombang panas karena mereka miskin atau rentan.

Irvan Sjafari

Sumber Foto:  https://www.sheppnews.com.au/national/north-feels-the-heat-as-temperatures-soar-into-new-year/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun