Bentol-bentolnya mulai mengering dan terkelupas tidak lagi bernanah, namun meninggalkan bopeng yang dalam mirip terkena cacar hanya lebih besar. Â Ada lebih dari sepuluh kawah ditinggalkan. Namun tim medis tidak berani memperbolehkan pulang.Â
Dokter kulit George Tan belum pernah menghadapi hal ini punya pandangan bahwa Anton belum sembuh. Dia merasakan bahwa ada yang bergerak di balik bopeng yang bening. Namun ia belum tahu apa.
Firasatnya benar.  Pada hari keenam  Anton merasa gatal yang sangat di punggungnya. Dua sahabatnya Robert Wijaya dan Chris Yunanto yang sudah sembuh menyaksikan dengan sedih, Anton harus tertelungkup.
Tiba-tiba ia merasa gatal tak tertahan, tim medis membuka baju pasien dan melihat cipik-cipik kecil keluar dari bekas bopeng itu.Â
Dokter George segera mengambil berapa ekor cipik dan memasukannya ke dalam tabung dan membunuh yang lain. Bopeng-bopeng  itu dikorek lagi, berapa cipik dan telur dikeluarkan.
Barulah Anton merasa tidak gatal lagi dan hanya perih dan diberikan obat pereda nyeri. Setelah Anton tenang, para dokter dan perawat meninggalkannya.
"Gue akan bikin cacat itu anak geng motor itu! Enak banget kalau mati!" geram Anton.Â
"Kita nggak bisa mengandalkan relasi politik dan hukum dalam kasus ini. Bisa perang terbuka dengan bekingan berandal itu. Untuk sementara anak-anak geng mtor itu itu kita abaikan. Sabar ya!" Chris menepuk pundak sahabatnya itu.
"Orang Bandung tahu kita mau culik anak perempuan itu. Kalau ini terbuka, maka keributan besar menanti."
"Tunggu Dimas Haris berkuasa?"
"Dimas Haris bilang tiarap dulu. Â Dia sendiri punya tuduhan kasus perkosaan terhadap seorang wartawati. Kita memang lagi terdesak dan dipermalukan!"