Saya bersyukur selimut hijau paru-paru Bandung masih terhampar luas, Taman Hutan Raya Djuanda. Dani menunjuk apa yang disebut Sesar atau Patahan Lembang.Â
Sesar Lembang merupakan patahan yang memanjang sepanjang 29 km dari Padalarang hingga Lembang. "Bentuknya adalah perbukitan dan Tebing Kraton adalah ujungnya, kata Dani.
Sayang, saya harus berpisah dengan Dani yang kembali ke pos. Setelah membayar sesuai perjanjian, saya turun untuk etape berikutnya: Batu Lonceng.Â
Perjalanan tidak berat kalau situasi normal, tetapi kaki sebelah kanan pincang dan harus melalui jalan setapak yang sempit dan di suatu titik ada bambu patah yang bisa digunakan sebagai tongkat. Â Kontur juga bervariasi turun, naik dengan sebelah kiri jurang dengan panorama kota.
Saya juga bersyukur seluruh rute yang saya tempuh bersih, tidak ada sampah seperti yang saya temui waktu hiking Jayagiri-Tangkubanparahu. Â Saya pun mematuhi aturan penjelajah: hanya meninggalkan jejak kaki, tidak membuang sampah, pakai tumbler untuk minum bukan botol plastik air mineral, tidak mengambil sesuatu (kecuali tadi bambu patah untuk tongkat).
Dalam perjalanan bertemu petani bambu, untuk menanyakan  berapa lama turun ke bawah. Cukup menguji kesabaran untuk terus berjalan. Tepat pada azan zuhur  saya memasuki Kampung Batu Lonceng.  Hanya makan indomi goreng telur isi perut dan teh manis hangat.
Di warung itu, sepatu dilepas dan diganti sandal jepit. Rasanya lebih lega. Setelah makan dan minum ke Patrol untuk cari angkot ke Pasar Lembang dan dari sana turun ke Ledeng dan melanjutkan naik angkot ke Kebun Kelapa. Turun ke Wastu Kencana naik angkot kembali ke hotel, tiba sekitar pukul 14.00.
Irvan Sjafari
Tulisan itu sudah saya tayangkan di https://koridor.co.id/rehat/jelajah-puncak-bintang-ke-patahan-lembang-menyenangkan-dan-aman-bagi-penyuka-solo-hiking-tetapi-di-musim-hujan-jalan-setapak-rusak-oleh-pengendara-motorcross/Â