"Kalian bisa mandi di ketinggian, danau buatan kami di Taman Ranu Kumbolo lengkap dengan hutan kecil, pada ketinggian dua ribu meter sejuk pada musim panas ini, tetapi kalau musim dingin bisa menggigil," ucap Ciciek.
" Ada hutan buatan di atas? Ah, gila insinyurnya?" puji Bagus. "Danau itu di atas karang?"
"Iya, anak-anak kota ini suka berkemah di sana," sahut Ciciek. "Tapi itu juga gagasan Bapak Alvin Ma."
"Yang paling atas di puncak?"
"Menara pemancar, komunikasi, sekaligus juga pengamat lautan. Petugas bisa melihat Kepulauan QQ dari situ sekalipun berupa titik-titik. Kami punya pulau pelindung yaitu pulau karang bertebaran tiga puluh kilometer di selatan, tenggara dan timur kota ini. Kalau itu tampak jelas. Pulau karang yang penuh kelapa dan tumbuhan. Kalau tidak ada badai jadi tempat bersantai. "
"Ini titik terluar di selatan tenggara?"
"Nggak. Ada Pulau Penjaga Selatan, tempat Kapal Macan Tutul nanti berlabuh. Hanya militer dan pasukan robot di sana, seratus kilometer dari sini. Di Timur ada Pulau Kejora yang merupakan pulau besar seluas 500 ribu kilometer persegi yang masih banyak hutan tropis, sebagian asli planet ini. Termasuk pohon besar yang digunakan untuk buat dermaga tadi.  Pohon lainnya  ditanam para pionir hanya ada tiga pemukiman berpenduduk total sekitar seratus ribu jiwa di pinggir pantai dan satu pemukiman di dalam untuk kota pertambangan berpenduduk dua puluh ribu jiwa. Di ujung timur ada pangkalan laut kami. Itu perbatasan terluar Nusantara."
"Para petualang, yang tidak mau patuh pada otoritas Nusantara di luar garis itu dengan risiko tinggi. Di sana masih banyak pulau-pulau kecil dengan mahluk-mahluk laut buas, termasuk juga semacam  burung atau hewan terbang yang buas," kata Raya.
"Terima kasih atas pemberitahuannya, Kak. Yang jelas bukan tempat untuk piknik," sahut Purbaendah.
"Ke mana kita?" tanya Raya.
"Ke penginapan milik aku dan dua temanku. Wisma Batu Asparagus. Di sana dua mitra saya bisnis saya, Â Nisa dan Tantri sudah menunggu kalian," papar Ciciek. "Posisinya di ketinggian seribu meter. Dekat kantor wali kota. Pak Alvin Ma, menunggu kalian sore nanti. Sekalian mengajak terbang parasut."