Sementara Vina, Sang Ibu menolong seorang penumpang untuk berdiri di papan. Dia sendiri juga berusaha menolong. Farid melihat kapal pinisi itu tenggelam dengan cepat. Cukup lama di air dan mahluk celaka itu menyantap mereka yang ada di laut...
Farid berteriak! Terbangun. Bukan saja Zia, tetapi juga Kanaya dan Yura. Zia segera naik ke atas dan menenangkannya.
"Aku ingat sekarang. Empat teman Bunda itu pergi terbang....sebelum kapal meledak..."
Kanaya dengan tangkas mencatat di tabletnya. Tapi mereka harus tidur. Zia memilih tidur di atas bersama Farid dan menenangkannya. "Ada Kak Zia...!" katanya.
Farid pun mau tidur. Tapi sejam kemudian dia terbangun. Lalu mengambil penyetel drone dari Zia. Dia menghidupannya dan drone itu terbang di atas ketinggian seratus meter kemudian berkeliling kapal.
Drone dilengkapi penglihatan malam yang bisa melihat kegelapan dengan akurasi tinggi. Mulanya Farid hanya melihat burung-burung camar terbang, hasil budi daya dari Bumi tandanya mereka dekat dengan Kota Mahameru. Lalu dia mulai iseng melayang lebih tinggi dan sudah mendapat gambar Kota Mahameru berbentuk gunung itu.
Namun dia juga melihat ke samping sampai sejauh dua kilometer, ada yang meluncur dengan cepat ke arah kapal.
"Kak Zia, ada yang seperti itu ke kapal Pinisi aku dulu!" teriaknya.
Zia bangun melirik layar kontrol drone. Lalu dia melompat dan bergegas mengenakan jilbabnya sekenanya bersama Kanaya dan Yura. "Kamu tunggu di sini."
Kapten Bismo segera dibangunkan. Mereka ke kabin dalam berapa menit, ada dua torpedo mendekat sudah sejarak lima ratus meter.
Zia dan Kanaya sudah menyiapkan dua sepedanya dengan perisai. Kapten Bismo hanya bisa terperangah, ketika keduanya menubrukan diri ke torpedo itu. Farid rupanya naik melihat dan berteriak.