"Kalau saya seusia dia kehilangan ayah, ibu, kakak, paman, bibi, berikut nenek dan kakeknya sekaligus, belum tentu mau hidup. Kita tidak pernah mengalami kejadian ini selama beratus tahun. Ada kematian satu atau dua anggota keluarga tidak 90% seperti ini," ujar Yasin.
"Ayahnya bekerja sebagai apa?"
"Ayahnya Sabar Rivai, seorang guru sekolah dasar. Ibunya Vina Maulida, apoteker yang mengubah QQ jadi suplemen multivitamin regenerasi. Ikut di kapal itu rekan ibunya distributor QQ Adolf Badu. Selain piknik sebetulnya Vina dan Adolf bertemu orang bernama Jan dan Kwik, Badillah itu untuk urusan pengembangan obat-obatan. Itu informasi aku dapat," terang Yasin.
"Orang bernama Jan Pieter van De Bosch itu?"
"Ada di kapal pinisi yang tenggelam itu sayangnya, bersama dua bule lainnya, mungkin juga Mujitaba. Demikian kata Syafei," ungkap Yasin.
"Jadi resminya mereka tewas atau hilang. Kecil kemungkinan selamat melihat laporan ganasnya Yu Sanca itu," tambah Yasin.
"Jangan-jangan ada pangkalan asing di luar areal Nusantara. Saya curiga Komodor," kata Daud.
"Kami harus kerap patroli Dik!" kata Yasin.
"Saya pamit dulu Komodor," ucap  Daud sambil mmeberi hormat.
Yasin pun membalas.
Macan Tutul segera bertolak. Kapal tempur dipimpin Kapten Bismo Winarno diperkuat dengan 80 tentara dan pelaut sudah menjadi titik di kejauhan  dengan wakil Letnan Wolter Ratulangi. Kapal dengan panjang 150 meter dan tinggi dari permukaan ke geladak 25 meter dan tinggi kabin di atas dek dua lantai 6 meter itu bertenaga baterai mempunyai kecepatan yang cukup tinggi.